Alhamdulillah proses operasi kuret berjalan lancar dan tidak begitu sakit, alhamdulillah. Saya Dan suami sudah sedikit lega, rasanya sudah beda tidak seperti sebelumnya. Proses pra Dan pasca operasi membuat says sadar betul, betapa sayang Dan perhatian suami saya. Rasanya setiap apapun bentuk perhatian yang dia berikan ingin sekali memberi pelukan hangat kepadanya.
Dari pagi, kami bersiap menuju RS untuk kuret, suami menyiapkan semuanya. Saya hanya tinggal bersih2 diri Dan makeup. Mulai dari merebus air untuk Mandi, menyiapkan sarapan, menyeteeika pakaian, menyiapkan kendaraan, menyiapkan administrasi yang diperlukan, jadi saya terima jadi semuanya. Ya Allah, rasanya terharu sekali melihat suami begitu perhatian, sayang, dan hangat seperti saat ini, meski setiap hari juga seperri itu, tapi kali ini lebih.
Saya mencintai suami lebih dari apapun, bahkan jika ditanya apa yang membuat saya jatuh cinta dan sayang pada suami, saya sulit menjelaskan satu per satu alasannya. Karena suami begitu sempurna di mata saya.
Di saat kami tertimpa musibah seperti ini, siapa lagi yang mau peduli dan selalu berada di garda terdepan untuk menenangkan dan menasihati saya agar tidak terlalu larut dalam kesedihan kalau bukan suami saya.
Hari ketika janin saya keluar dari rahim, saya menangis sejadi-jadinya di kamar mandi sambil memeluk erat suami. Spontan suami ikut menangis dan itu adalah kali kedua saya melihat suami saya menangis setelah ketika mengimami sholat Ied kemarin. Kami menangis berdua, menangisi kegagalan kami dalam merawat calon bayi, menangisi kecerobohan kami, dan menangisi segala kesalahan kami.
Beberapa hari setelahnya, saya yang ketika proses pemulihan pasca keguguran belum berani turun ke bawah untuk sekadar makan, hari itu saya memberanikan diri untuk turun ke bawah dan makan di meja makan bersama suami. Memori di mana saya makan berdua ketika masih sering enek dengan bau makanan yang amis, dan juga ketika saya makan sambil ngelus-ngelus perut yang mulai buncit, juga memori ketika saya kurang sreg dengan makanan tapi saya paksa untuk makan karena saya sadar ada sel hidup di dalam rahim yang membutuhkan suplai makanan sehat dari tubuh saya, membuat saya reflek menangis saat itu. Sehingga saya mempercepat kegiatan makan saya, dan suami mulai panik, dikira saya tidak cocok dengan makanannya.
Setelah selesai makan kami naik ke atas menuju kamar, dan saya masih belum biaa berhenti untuk menangis. Suami bertanya, apa yang menyebabkan saya menangis, dan saya pun menjelaskannya. Kemudian suami memberikan nasihatnya bahwa saya harus ikhlas menerima semuanya, bahwa saya tidak boleh sedih berlarut-larut, bahwa saya harus bersyukur diberikan kesehatan sampai sekarang, kemudian suami pun meminta maaf pada saya sambil ikutan menangis kalau belum bisa menjadi suami yang baik.
Mendengar suami mengatakan hal itu saya menangis sejadi-jadinya, saya nggak mau suami mengatakan seperti itu. Dia sudah sangat sempurna di mata saya, dan saya sangat mencintainya. Saya bilang kepadanya untuk jangan meminta maaf lagi. Kemudian suami berpamitan intuk berangkat kerja karena sudah beberapa hari libur, tapi saya masih berat untuk sendirian di kamar. Begitu pandai suami meyakinkan dan membuat tenang, sehingga saya bisa mengizinkannya berangkat bekerja sembari tersenyum sambil ngusap air mata.
Ini adalah momen yang tak akan peenah saya lupa, dan saya menuliskannya untuk menjadi kenang-kenangan esok hari. Semiga saya dan suami bisa saling jatuh cinta dan perhatian setiap harinya sampai kematian memisahkan kami. Dan semoga kami segeea diberikan amanah kembali untuk merawat dan membesarkan anak oleh Allah SWT. Aamiin..
Untukmu, suamiku,, i love you
Komentar
Posting Komentar