Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Egoku

Menunggu kabar darimu adalah rutinitasku Mengingatkanmu adalah bentuk kepedulianku Memanggilmu mesra adalah bukti sayangku Mengiyakan nasihatmu adalah kebutuhanku Lelahmu menjadi khawatirku Istirahatmu membosankan bagiku Bicara denganmu menjadi nafas tubuhku Jam tidur begitu mengganggu pikirku Mengapa? Karena aku hanya mau kamu Karena aku membutuhkanmu Karena kamu separuh dari diriku Karena aku inginkanmu Setiap hari egoku makin menjadi Menginginkan hadirmu di sisi tanpa hitungan durasi Aktualisasi, habituasi, aku muak dengan semua ini Tapi kamu bilang, semua harus selesai demi masa depan kita nanti

Inginku

Menunggu kabar darimu adalah rutinitasku Mengingatkanmu adalah bentuk kepedulianku Memanggilmu mesra adalah bukti sayangku Mengiyakan nasihatmu adalah kebutuhanku Lelahmu menjadi khawatirku Istirahatmu membosankan bagiku Bicara denganmu menjadi nafas tubuhku Jam tidur begitu mengganggu pikirku Mengapa? Karena aku hanya mau kamu Karena aku membutuhkanmu Karena kamu separuh dari diriku Karena aku inginkanmu

Mas

Mas, Terima kasih sudah membuatku nyaman dan sayang Perhatian dan kasih sayang yang selama ini hanya kudapat dari orang tua Kini kudapat sepenuhnya dari laki-laki penyayang seperti panjenengan Meski baru hitungan bulan kita saling mengenal Mas, Jadikan aku satu-satunya wanita yang pantas kau cemburui Jadikan aku wanita pertama yang mendengar segala keluh kesahmu Biar aku tahu, aku adalah penting dalam hidupmu Biar aku tahu, aku adalah penghuni singgasana hatimu Mas, Mungkin aku terlalu berlebihan Tapi katamu jaim adalah sesuatu yang harus dibuang Jujur, hanya denganmu aku nyaman berkata apapun Bahkan tentang perasaan yang dari dulu sangat pantang kunyatakan pada siapapun Mas, Katakan padaku seperti apa isi hatimu Katakan padaku bagaimana hari-harimu denganku Katakan padaku apa arti aku di hidupmu Katakan padaku bahwa aku satu-satunya yang kau mau

Menjadi Kuat di Rumah Sendiri dan Mendadak Lemah di Luar Rumah, Aku Banget itu!

Setiap manusia yang terlahir di dunia yang indah ini pasti membutuhkan eksistensi dirinya untuk bisa bersosialisasi dengan mudah pada sesama manusia yang lainnya. Karena eksistensi diri merupakan sebuah syarat seseorang bisa dihargai, dihormati, disegani, dan dianggap ada. Lantas bagaimana jika seseorang sudah merasa eksis di lingkungannya, kemudian mendadak tak ada apa-apanya ketika sudah berbaur dengan orang yang semuanya baru, lingkungan baru, suasana baru, dan tugas baru? Bukankah sebelumnya dia sudah menjadi sosok luar biasa yang keberadaannya bisa dianggap penting oleh orang lain, tapi begitu nyemplung di lingkungan baru dia menjadi bukan siapa-siapa, bahkan untuk bisa dianggap ada, dilihat orang lain saja tidak. Ini adalah masalah besar bagi saya pribadi tentunya, dan saya tidak yakin akan banyak orang yang mengalami hal semacam ini. Bersikap tidak mau berbaur dan merasa kurang percaya diri dengan kemampuan adaptasi diri kita mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Atau bis

Livi Zheng

Beberapa hari kemarin netizen ramai membicarakan Livi Zeng. Yang saya ikuti soal Livi Zheng adalah ketika pemberitaan negatif menyerbu kredibilitasnya sebagai sutradara Hollywood. Pas awal soal gembar-gembor media yang membicarakan banyak prestasi Livi saya blas nggak tahu, pokoknya tahu-tahu udah negatif aja Livi Zheng ini. Saya pertama kali dengar nama Livi Zheng yaitu ketika melihat pembuatan film "The Santri" yang dibintangi oleh Gus Azmi, Wirda Mansur dan Veve Zulfikar. Di salah satu video pembuatan film tersebut dijelaskan bahwa ini adalah garapan seorang sutradara film Hollywood "Livi Zheng". Dalam hati saat itu, "Oh keren ya, NU bikin film dengan sutradara dari Hollywood." (Saya kira saat itu Livi bukan orang Indonesia) wkwkwkwk Kemudian netizen di Facebook kok ramai sekali menguak sisi negatif dari Livi, lhah, memang prestasinya apa saja sih? Saya baca sedikit berita yang ada di media, dan komentar-komentar netizen katanya apa yang

Review Film Dua Garis Biru

Jujur saja ya, saya belum pengalaman menggunakan tespack dan kebetulan juga belum belajar tentang itu. Jadi ketika saya dengar judul “Dua Garis Biru” pikir saya ya memang itu mengisyaratkan kalau garis biru adalah pertanda positif hamil, ternyata kata seorang teman bukakankah harusnya dua garis merah ya? Tahu ah, yang penting nonton filmnya dulu. Setelah itu baru belajar tentang tespack. Wkwkwk.. Motivasi awal nonton “Dua Garis Biru” karena lihat postingan Koh Ernest di IG-nya untuk nonton film ini katanya keren banget, Pak Menteri Pendidikan harus nonton, anak dan orang tua harus nonton karena tentang well sex education. Sebagai anak yang pernah SMA, penasaran dong tentunya, dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke bioskop ditemani seorang teman di tanggal 12 Juli 2019. Harga tiket nontonnya Rp.25.000,-, nggak mahal, yang mahal adalah pop cornnya, Rp.50.000,-. Penonton film ini didominasi anak remaja SMP-SMA yang masing-masing bersama pasangannya (pacar). Lho kok bisa tahu kalau

Aku Dipermalukan Guruku

Dengan perasaan sangat malu dan kikuk, Heru memberanikan diri untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang menurutnya akan sangat mengerikan. Langkah kakinya berat, seperti enggan menuju ke sana tapi dipaksanya. Dia rapikan seragamnya sambil merapikan sisiran rambutnya. Matanya tertuju pada dua pintu yang terbuka lebar, dilihatnya dari jauh, sepertinya tak banyak orang yang di dalam ruangan tersebut. Keberaniannya timbul perlahan. Dia melangkah dengan lebih percaya diri.  "Assalamu'alaikum, permisi, Bu." Ucapnya di tepi pintu yang tak jauh dari tempat duduk bapak ibu guru. "Wa'alaikumsalam, iya, Le. Mau cari siapa?" Tanya salah seorang ibu guru yang duduk tepat di samping pintu.  Heru melihat seisi ruang yang ternyata masih banyak ibu guru di dalamnya, seketika rasa malu dan canggungnya muncul kembali. Dia khawatir jika apa yang dipikirkan sebelumnya terjadi. Saking canggungnya, dia agak geligisan dan lupa nama ibu guru yang dicarinya.  "C

Kamu

Sejak pertama mengenalnya Aku tahu ada sesuatu luar biasa tentangnya Tentang senyumnya yang dibuat biasa tapi selalu mempesona Tentang tawanya yang lantang tapi selalu lekat dalam ingatan Sederhana menjadi kata yang dipujanya Tak pernah ingin tampil mewah meski dia bisa Apa adanya adalah cara hidupnya Meski tak pernah sekalipun dia mengatakannya Aku jatuh cinta Akan caranya berbicara tentang apa yang dia suka Aku jatuh cinta Akan caranya menertawakan ceritaku saat bersama Aku jatuh cinta Akan caranya memberikan edukasi baru untukku Aku jatuh cinta Akan kesederhanaannya Aku menunggu Saat dimana kita bisa duduk bersama Saling berbagi cerita tentang apa yang kita suka Sambil tertawa kau lempar cerita jenaka Aku menunggu Saat dimana dia mengerti apa inginku Dan berani untuk sedikit melihat ke arahku Yang selalu mengaguminya, meski sangat malu

Kopi yang Dipanasi

Beberapa hari terakhir musala yang terletak di pojok desa tersebut telihat sepi. Pak Salim selaku imam musala terlihat duduk santai di depan rumah yang kebetulan di samping musala. Dia pandangi musala yang baru selesai dibangun 2 bulan yang lalu itu, masih terlihat kokoh, bersih, tapi masih sepi jamaah. Dia sruput kopi hitam tawar yang dibuatkan istrinya sambil menghela nafas. "Apa yang membuat warga sekitar enggan salat berjamaah di musala?" gumamnya lirih.  Tak lama istrinya pun menghampiri, "Pak, nggremeng apa, to ? Apa kopinya kurang manis?" "Lha kan memang kopi tawar, Dik." Jawab Pak Salim sambil noleh ke istrinya. "Oiya. Hehe. Trus barusan ngomong apa? Wong nggak ada orang kok nggremeng sendiri." "Tenang, Dik. Suamimu ini belum stress, alias masih waras. Gini lho, musala ini sudah 2 bulan berdiri, kondisinya bersih, ada kipas angin, dekat pemukiman warga, tapi jamaahnya kok ndak ada peningkatan ya?" "

Bersyukur, Optimalisasi Apa yang Sudah Diberikan

Saya adalah orang yang kerjaannya suka memberi penilaian kepada postingan orang-orang di media sosial, tapi penilaiannya cukup dipendam sendiri, tidak dipublikasikan. Kadang saya merasa orang yang suka menilai hidup orang lain (postingan di medsos kan juga termasuk rutinitas orang) pasti merasa dirinya sudah baik, hingga hidup orang lain yang tak seperti hidupnya dianggap belum baik maka dikritisi olehnya. Atau bisa juga karena merasa hidupnya masih belum baik, hingga selalu memberikan penilaian pada hidup orang lain guna memperbaiki hidupnya agar bisa seperti yang lain.  Kalau saya pribadi, kadang diri ini diselimuti rasa insecure (tidak aman) sehingga selalu memandang rendah diri sendiri, tak bisa seperti yang lain. Kalau sedang begitu tak jarang saya banyak menyesal atas masa lalu saya, kenapa dulu tidak saya gunakan masa studi dengan sebaik-baiknya.  Tak jarang pula saya diselimuti rasa 'ujub (bangga diri) yang sangat berlebihan, itu ketika saya memandang kemampuan or

Penting Nggak Penting, Baca Aja Dulu

Penting Nggak Penting 😁 Seperti biasanya, setiap seminggu sekali aku menyempatkan untuk mengosongkan 1 jam waktu luangku guna mencuci beberapa tumpukan pakaian kotorku. Kali ini lumayan banyak. Entah kenapa, apa karena curah hujan yang semakin tinggi sehingga aku lebih sering berganti pakaian. Entahlah, hanya aku dan hatiku yang tahu. Wkwkwk.. Dengan malas ku bawa sekeranjang penuh baju kotor tersebut ke tempat cuci manual di samping kamar mandi. Hari sudah lumayan siang, hingga udara juga semakin panas. Terik matahari makin menyengat, untung tempat mencuci teduh, adem, dan sejuk seperti senyuman Mas itu. Hahaha.. Tak perlu direndam, karena akan memakan waktu lebih lama jika harus direndam sedang aku khawatir jika tak kebagian panas matahari siang ini. Ku tuang 1,5 sendok detergen hingga busanya melimpah.  Di tengah asiknya mengucek pakaian, tiba-tiba aku teringat akan trik mencuci dengan rapi ala sahabat KPM ketika kuliah. Jadi ketika tugas KPM di salah satu desa te

Sudah Siap, dong!

Beberapa hari yang lalu dan sampai sekarang Ibuk memandatkan urusan dapur kepada saya, anak perempuan satu-satunya. Mungkin Ibuk sedikit khawatir, karena anak perempuan di rumah kok nggak pernah masak, mentok cuma bantu iris-iris bumbu dan cuci piring, takutnya saya nggak bisa masak. Hingga muncullah ide penyerahan mandat tersebut.  Bukan apa-apa, kalau urusan masak memasak insyaallah bisa lah, tapi kalau harus ke pasar memang yang saya beli harganya beda dengan Ibuk, lebih mahal tentunya. Karena kalau urusan negosiasi harga sayur saya tidak expert, bahkan antre di tukang sayurnya pun sering disrobot mamah-mamah milenials. Itu juga membuat nyali saya ciut kalau harus beli sayur di pasar lebih dulu. Wkwkwk Hari pertama saya masak sayur tahu bumbu kuning gitu, namanya apa lupa, pokoknya bersantan. Ketika jam makan siang tiba (sok sok an makan siang,hehe) Ibuk Bapak makan dengan lahap. Dalam hati, "Wah pasti ini enak masakanku." Kemudian inisiatif nanya ke Ibuk. 

Untuk yang Sedang Ulang Tahun Hari Ini

Penghujung Februari tahun ini, tanggal 28, adalah hari spesial untuk beberapa orang dan menjadi hari biasa bagi orang lainnya. Temanku, sahabatku, mengklaim bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Siapa dia? Ya, benar sekali, dia adalah Mirza Ayu Wulandari. Tahin ini dia genap berusia 26 tahun. Wahahaha... Tua sekali... Asal kamu tahu, Mblong (panggilan sayang ke dia), tahun ini adalah tahun terakhir kalinya kamu merayakan ulang tahun hanya berdua dengan suamimu. Karena tahun depan, akan ada sosok anak kecil imut-imut yang menggemashkan di gendonganmu yang juga ikut merayakan ulang tahun ibunya ini. Ingat itu. Saranku, buatlah momen ulang tahun hari ini sespesial mungkin, dengan mengundang teman-temanmu makan ayam panggang misalnya. Hahahhaha.. Mirza sudah memberi pengaruh besar dalam hidupku, perjalanan spiritualku, perjalanan dari semester 1 sampai lulus dan bekerja sampai sekarang. Pengaruh paling dominan yang sudah dia sumbangkan yaitu ajakan untuk bersikap humble da

Kalah Giveaway Bikin Trauma

Ini sudah ketujuh kalinya saya menulis secara beruntun tiap hari, meski kemarin sempat libur gara-gara belum tahu mau nulis apa dan sekarang saya harus nulis 2 judul. Ada sedikit kepuasan karena bisa curhat sambil belajar nulis, tapi kadang juga malu dan khawatir. Malu karena apakah dengan ini saya sedang mengumbar beberapa aib saya untuk dibaca orang banyak, jangan-jangan tulisan saya ini tidak layak untuk dikonsumsi publik dan khawatir karena jangan-jangan ada yang beranggapan "Ah, tulisan biasa banget kayak gini kok beraninya nge- share di Facebook untuk minta dibaca orang lain." Hahaha. Pasti ada lah ya yang berpikiran seperti itu. Kemudian saya pikirkan lagi tujuan awal saya untuk aktif menulis di blog, yaitu untuk melatih kemampuan menulis serta mengusir kejenuhan karena masih berstatuskan pengangguran. Dua hal tersebut bukanlah hal yang negatif, jadi kekhawatiran dan kemaluan (eh, kok kemaluan, harusnya apa sih?) yang tadi terlintas di benak harus saya hempas jauh-

Senin

Aku tak pernah tahu kapan sakit datang menggerogoti tubuh sehatku. Aku tak pernah tahu kapan ajal tiba-tiba datang merenggut nyawa dari jasadku. Aku tak pernah tahu kapan air mata berderai mengiringi musibah yang menimpaku. Yang aku tahu, Saat ini tubuhku sehat, nyawa masih melekat, dan senyum masih tersemat. Tuhan, Semoga hamba selalu ingat, Bahwa esok adalah misteri yang belum terungkap. Dunia hanya sementara dan akhirat adalah selamanya. #30haribercerita #harike-6

Kegelisahan Sesosok Pengangguran

Namanya manusia memang tak pernah merasa cukup dengan apa yang dilakoninya, punya kesibukan kerja katanya capek, bosan, eh giliran diberi kesempatan menganggur ngeluh bosanlah, nggak ada duitlah, stresslah. Lantas maunya apa? Masih dalam masa berjuang mbok ya jangan suka sambat, ntar kalau sudah punya bisnis setingkat Unicorn yang valuasinya 1 miliar boleh deh leha-leha sambil ongkang-ongkang kaki. Kalau masih proses merintis karir demi memikat calon mertua ya harus semangat kurangi sambat dan jangan tinggalkan sholat. Ini pengalaman pribadi, bukan hasil observasi dari pengalaman orang lain yaa...  Semenjak resign dari tempat kerja sebelumnya, terhitung non aktif mulai tanggal 20 November 2018, sampai sekarang saya masih menganggur, meski menganggur dalam kondisi bahagia dan berlimpah rasa syukur. Tapi tak menutup kemungkinan bahwasanya saya rentan mengalami stress dan kegalauan berkepanjangan. Jika dihitung, saya sudah 3 bulan menjadi sosok pengangguran, dan itu bukan waktu

Bertemu Keluarga Calon Mertua Teman

Sebagai wanita yang masih belum ada kesibukan formal yang terjadwal dan tiap hari hanya sibuk ngatur jam tidur, saya sering diajak teman keluar, entah itu untuk kepentingan urgen atau hanya sekadar cari angin atau solusi. Ada yang mengajak beli mie ayam, ngajak main ke rumahnya, ke kantor Kemenag, ke tempat kerja, ke kampus, dan masih banyak lagi. Pernah suatu ketika saya diajak teman untuk berkunjung ke rumah calon mertuanya, iya masih calon karena saat itu hari pernikahannya kurang beberapa minggu lagi. Saya shock kenapa harus saya yang mengantarnya ke rumah camer, meski saya sudah tahu alasan sebenarnya, tapi ya kaget aja. Secara dia sebaya denga saya, bisa dibayangkan nanti kalau saya ikut ditanya macem-macem di sana. Tapi karena saya dasarnya doyan maen, yaudah saya "iya" in aja. Kami berangkat ke tempat tujuan habis dhuhur, kondisi agak gerimis dan di beberapa lokasi kami harus kehujanan. Oke, perjalanan menemui camer memang perlu pengorbanan, jangankan cuma gerimi

Surat Kecil untuk Mbak Rina

Sebelumnya ini sudah saya posting di blog saya satunya tanggal 27 September 2017. Kenapa ini  kok  dinamai surat kecil, bukan surat besar? Yaaa karena yang manulis aku, lain cerita kalau yang nulis adalah si  Mirza . Pasti judulnya Surat besar utuk  Mbak Rina . Hahhaha Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…. Dear kancaku , Mbak Rina di bumi Lampung sana…. Pasti sekarang sampean sudah nggak kesepian lagi Mbak, karena sudah ada Mamas tercinta di samping Mbak Rina ….hihihi so sweet :D Pertama-tama, aku mau mengucapkan “SELAMAT MENEMPUH HIDUP BERPASANGAN DENGAN SUAMI”, karena di tanggal 17 September kemarin sampean sudah SAH menjadi istri dari Mas Nata (semoga nama nya benar, karena belum sampean kenalne aku lho Mbak). Itu artinya, sampean sekarang sedang memasuki  babagan  baru di hidup sampean Mbak, sebagai istri, pendamping hidup, pasangan, teman di ranjang (wkwkwk), mantan pacar yang jadi istri, dan sebagai  garwa  atau  sigaring nyawa  kalau dalam bahasa J

Pengumuman yang Belum Final

Demi memenuhi 30 hari bercerita Challenge, yang digawangi oleh Mirza , saya menyempatkan untuk menulis setiap harinya. Karena tidak setiap hari aku punya inspirasi baru untuk materi menulis, jadi ya tulisannya seperti curhatan di buku diary. Lagian saya juga belum mampu menulis hal-hal kritis yang ndakik-ndakik, ribet, dan perlu daya analisa tinggi. Sebisanya saja, asal istiqomah insyaallah ini bagian dari proses menuju yang lebih baik ke depannya. Ya nggak, Mir? Hahahhaa Jadi hari ini saya akan curhat tentang sebuah pengumuman, pengumuman pemberkasan CPNS 2018 Pemprov Jatim. Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mencoba berkarir sebagai calon ASN, dan ini sebuah nikmat yang luar biasa saya dan keluarga syukuri. Dengan kemampuan yang biasa-biasa saja, saya masih merasa seperti mimpi sampai sekarang. Ini bukti kemurahan hati Allah SWT yang sudah dijelaskan dalam surat Al-Fatihah, " Bismillahirrahmanirrahim ...". Alhamdulillahnya lagi sekarang dalam proses menan

Sahabat di Ciputat

Tetiba aku merasa begitu merindukan suasana malam di Ciputat, meski ada beberapa kenangan di sana yang tidak terlalu aku suka dan selalu ingin lupa saja. Setiap malam, kalau aku masuk kerja di shift pagi, malamnya pasti sibuk mikir "Malam ini mau makan apa ya?" Padahal pilihannya nggak banyak, cuma ada nasi goreng, pecel ayam/lele, ketoprak, nasi uduk, atau soto mie. Tidak jarang aku lebih memilih untuk tidak makan saja karena malas keluar, kecuali ada yang ngajak beli makan, baik oleh Dian (sahabat kos yang kamarnya sebelahan dengan kamarku) atau oleh Mutia (sahabat dari mulai datang di Ciputat yang rumahnya nggak jauh dari kosan ku). Baiklah, di tengah beberapa kenangan di Ciputat yang selalu ingin kulupakan, ada kenangan bersama mereka berdua yang selalu aku pertahankan dan aku kenang selamanya. Aku akan bercerita tentang mereka berdua, dimulai dari Mutia kemudian Dian. Mutia Aku mulai mengenal Mutia sejak pertama kali datang di Ciputat, dikenalkan oleh saha

Teori Baru

Hari ini aku belajar teori baru, dimana lapar tak harus kenyang dengan makan, haus tak harus segar dengan minum, sakit tak harus sembuh dengan berobat, atau capek tak harus semangat dengan beristirahat. Teori itu mengungkapkan bahwa " Seorang wanita muda mampu berbahagia dengan seketika dan lupa semua keluh kesahnya hanya dengan melihat sesuatu yang berhubungan dengan seseorang yang dirindukannya secara diam ." Begitulah, begitu besar peran atas adanya kamu terhadap apa yang terdaki padaku. Aku tidak menuntut apa yang aku rasa sama seperti yang kamu rasa. Aku ingin bersikap dewasa, di mana cinta seorang dewasa adalah hanya mencintai tanpa mengharap kembali dicintai. Bagaimana kamu kepadaku, terserah. Aku mensyukuri segala apa yang aku rasa sekarang sebagai nikmat Tuhan, seperti halnya seseorang yang disembuhkan dari penyakitnya, nikmat sembuh sangat berarti baginya. Begitu pula aku, merasakan hal yang demikian aku sudah sangat bersyukur, tak pantas rasanya jika aku b

Orang Jawa Nggak Bisa Ngomong Jawa? Apa Kata Mertua!!!

Sudah bukan hal baru lagi jika anak-anak muda jaman sekarang mulai tidak banyak yang lihai memakai bahasa Jawa yang banyak jenisnya itu. Kami, lah kok kami, saya saja lah. Saya, yang dari SD belajar Bahasa Jawa sampai Aliyah, masih saja grotal - gratul (belum lancar) jika hendak berbicara dengan orang yang lebih tua, karena secara etika ketika anak muda berbicara dengan orang yang lebih tua hendaknya menggunakan Bahasa Jawa tipe "Krama Inggil". Ya, saya katakan tipe karena Krama Inggil adalah salah satu jenis pembagian dari Bahasa Jawa sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang diajak berbicara.  Untuk teman-teman yang bukan orang Jawa mungkin bingung maksudnya bagaimana. Jadi, Bahasa Jawa memiliki beberapa bahasa yang digunakan sebagai cara komunikasi sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang diajak bicara. Pembagian Bahasa Jawa ada 3 macam, yaitu Boso Ngoko (biasa digunakan ketika berbicara dengan orang yang seumuran, orang tua kepada yang lebih mud