Jendela Magetan adalah komunitas kecil yang aku dan teman-temanku dirikan sebagai wadah untuk berbagi dalam hal membaca buku. Rasanya mau cerita agak Panjang. Tapi takut yang membaca jadi bosen. Oke lah, diringkas saja.
Tahun 2017 aku merantau ke
Ciputat karena berbagai macam factor, mulai dari ketidakjelasan akan masa
depan, juga untuk menghindari beberapa omongan miring orang sekitar tentang
mahasiswa yang lulus kuliah kok nggak segera dapat pekerjaan mapan. Kalau istilah
remaja sekarang, waktu itu aku mengalami yang Namanya “Quarter Life Crisis”.
Dengan merantau, aku ada di lingkungan yang baru, pengalaman baru, tentunya
banyak hal baru yang didapat.
Di Ciputat aku berteman dengan
Mutia dan Dian yang kebetulan sangat sefrekuensi denganku. Kami sama-sama suka
buku, diskusi ringan, dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang asik untuk
baca. Kemudian kami mengoleksi beberapa buku Bersama. Tak hanya Mutia dan Dian,
aku bertemu dengan Mbak Ria, dia juga sangat nyaman untuk diajak diskusi,
wawasannya luas, dan suka buku. Olehnya, aku diajak ke took buku-buku bekas di
daerah Jakarta Barat, lupa nama daerahnya.
Pertemuan dan persahabatan dengan
mereka membuatku semakin suka dengan buku. Aku juga sering membaca tulisan-tulisan
sarkas di website. Contohnya seperti Mojok.co yang sangat menggelitik dan
sarkas tentu saja.
Hal hal di atas tadi membuatku semakin tertarik untuk
belajar nulis, menyelami pemikiran beberapa tokoh, dan mengkritiki lingkungan
sekitar. Di Ciputat, terdapat taman baca yang digelar warga sekitar di
bawah fly over. Ku lihat banyak pengunjung anak-anak. Mereka terlihat bahagia dengan adanya taman baca
tersebut.
Tiba-tiba terlintas ide gila di pikiranku, bagaimana jika
nanti pas sudah di kampung aku mempunyai sebuah perpustakaan kecil yang
mengoleksi banyak buku anak-anak dan dikunjungi banyak anak. Sehingga anak-anak
di kampungku bisa dengan mudah mengakses buku-buku bacaan yang mereka sukai.
Dari gaji yang ku dapatkan tiap bulannya, ku sisihkan untuk
membeli buku anak-anak di took buku daerah Lebak Bulus. Di sana menjual
beberapa buku anak-anak yang sudah bekas tapi masih dalam kondisi bagus dan
layak baca. Di kos an, buku-buku itu ku simpan rapi agar tidak rusak.
Alhamdulillah, 2018 aku resign dan menetap di kampung.
Cita-cita memiliki perpustakaan umum atau taman baca semakin membuncah.
Iseng-iseng bikin status di WA tentang ide gila ku itu, ternyata mendapat
respon baik dari temanku, Ajeng, Puput, Ima dan Anisa.
Akhirnya kami sepakat untuk iuran Bersama untuk menambah
koleksi buku dan mencetak baner. Kemudian mendirikan sebuah komunitas taman
baca Bernama “Jendela”. Filosofi dari nama Jendela ini adalah harapannya dengan
komunitas ini mampu mengantarkan anak-anak yang membaca buku koleksi kami
kepada dunia baru yang luas di luar sana.
Maret, 2019 alhamdulillah terealisasi untuk menggelar lapak
baca perdana di Alun-alun Magetan. Kemudian anggota komunitas bertambah, ada
Natami, Mbak Susi, Muhaimin. Dengan bertambah anggota, komunitas berjalan
semakin kuat dan kompak.
Hingga akhirnya kami (Jendela) dipertemukan dengan Mbak
Diana Sasa yang juga pernah menggelar lapak baca di Alun-alun Magetan sebelum
kami dengan perpustakaan miliknya, Dbuku. Kami dipinjami buku koleksi miliknya
untuk ikut digelar di lapak baca.
Hingga kemudian pandemic Covid-19 datang, membuat gerak
gerik komunitas makin terbatas. Lapak baca tak bisa dilaksanakan. Hingga
akhirnya satu per satu dari kami, anggota Jendela menemukan jodohnya
masing-masing pada pandemi Covid kemarin.
Dengan kehidupan baru, terbatasnya ruang gerak ketika
pandemi, membuat Jendela makin sunyi, senyap. hingga saat ini, Jendela belum
memulai aktivitasnya. Besar harapanku, cita-cita yang dulu menggebu untuk
diwujudkan masih bisa dipertahankan sekarang. Eman sekali dengan koleksi buku
yang dimiliki.
Komentar
Posting Komentar