Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Untuk yang Sedang Ulang Tahun Hari Ini

Penghujung Februari tahun ini, tanggal 28, adalah hari spesial untuk beberapa orang dan menjadi hari biasa bagi orang lainnya. Temanku, sahabatku, mengklaim bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Siapa dia? Ya, benar sekali, dia adalah Mirza Ayu Wulandari. Tahin ini dia genap berusia 26 tahun. Wahahaha... Tua sekali... Asal kamu tahu, Mblong (panggilan sayang ke dia), tahun ini adalah tahun terakhir kalinya kamu merayakan ulang tahun hanya berdua dengan suamimu. Karena tahun depan, akan ada sosok anak kecil imut-imut yang menggemashkan di gendonganmu yang juga ikut merayakan ulang tahun ibunya ini. Ingat itu. Saranku, buatlah momen ulang tahun hari ini sespesial mungkin, dengan mengundang teman-temanmu makan ayam panggang misalnya. Hahahhaha.. Mirza sudah memberi pengaruh besar dalam hidupku, perjalanan spiritualku, perjalanan dari semester 1 sampai lulus dan bekerja sampai sekarang. Pengaruh paling dominan yang sudah dia sumbangkan yaitu ajakan untuk bersikap humble da

Kalah Giveaway Bikin Trauma

Ini sudah ketujuh kalinya saya menulis secara beruntun tiap hari, meski kemarin sempat libur gara-gara belum tahu mau nulis apa dan sekarang saya harus nulis 2 judul. Ada sedikit kepuasan karena bisa curhat sambil belajar nulis, tapi kadang juga malu dan khawatir. Malu karena apakah dengan ini saya sedang mengumbar beberapa aib saya untuk dibaca orang banyak, jangan-jangan tulisan saya ini tidak layak untuk dikonsumsi publik dan khawatir karena jangan-jangan ada yang beranggapan "Ah, tulisan biasa banget kayak gini kok beraninya nge- share di Facebook untuk minta dibaca orang lain." Hahaha. Pasti ada lah ya yang berpikiran seperti itu. Kemudian saya pikirkan lagi tujuan awal saya untuk aktif menulis di blog, yaitu untuk melatih kemampuan menulis serta mengusir kejenuhan karena masih berstatuskan pengangguran. Dua hal tersebut bukanlah hal yang negatif, jadi kekhawatiran dan kemaluan (eh, kok kemaluan, harusnya apa sih?) yang tadi terlintas di benak harus saya hempas jauh-

Senin

Aku tak pernah tahu kapan sakit datang menggerogoti tubuh sehatku. Aku tak pernah tahu kapan ajal tiba-tiba datang merenggut nyawa dari jasadku. Aku tak pernah tahu kapan air mata berderai mengiringi musibah yang menimpaku. Yang aku tahu, Saat ini tubuhku sehat, nyawa masih melekat, dan senyum masih tersemat. Tuhan, Semoga hamba selalu ingat, Bahwa esok adalah misteri yang belum terungkap. Dunia hanya sementara dan akhirat adalah selamanya. #30haribercerita #harike-6

Kegelisahan Sesosok Pengangguran

Namanya manusia memang tak pernah merasa cukup dengan apa yang dilakoninya, punya kesibukan kerja katanya capek, bosan, eh giliran diberi kesempatan menganggur ngeluh bosanlah, nggak ada duitlah, stresslah. Lantas maunya apa? Masih dalam masa berjuang mbok ya jangan suka sambat, ntar kalau sudah punya bisnis setingkat Unicorn yang valuasinya 1 miliar boleh deh leha-leha sambil ongkang-ongkang kaki. Kalau masih proses merintis karir demi memikat calon mertua ya harus semangat kurangi sambat dan jangan tinggalkan sholat. Ini pengalaman pribadi, bukan hasil observasi dari pengalaman orang lain yaa...  Semenjak resign dari tempat kerja sebelumnya, terhitung non aktif mulai tanggal 20 November 2018, sampai sekarang saya masih menganggur, meski menganggur dalam kondisi bahagia dan berlimpah rasa syukur. Tapi tak menutup kemungkinan bahwasanya saya rentan mengalami stress dan kegalauan berkepanjangan. Jika dihitung, saya sudah 3 bulan menjadi sosok pengangguran, dan itu bukan waktu

Bertemu Keluarga Calon Mertua Teman

Sebagai wanita yang masih belum ada kesibukan formal yang terjadwal dan tiap hari hanya sibuk ngatur jam tidur, saya sering diajak teman keluar, entah itu untuk kepentingan urgen atau hanya sekadar cari angin atau solusi. Ada yang mengajak beli mie ayam, ngajak main ke rumahnya, ke kantor Kemenag, ke tempat kerja, ke kampus, dan masih banyak lagi. Pernah suatu ketika saya diajak teman untuk berkunjung ke rumah calon mertuanya, iya masih calon karena saat itu hari pernikahannya kurang beberapa minggu lagi. Saya shock kenapa harus saya yang mengantarnya ke rumah camer, meski saya sudah tahu alasan sebenarnya, tapi ya kaget aja. Secara dia sebaya denga saya, bisa dibayangkan nanti kalau saya ikut ditanya macem-macem di sana. Tapi karena saya dasarnya doyan maen, yaudah saya "iya" in aja. Kami berangkat ke tempat tujuan habis dhuhur, kondisi agak gerimis dan di beberapa lokasi kami harus kehujanan. Oke, perjalanan menemui camer memang perlu pengorbanan, jangankan cuma gerimi

Surat Kecil untuk Mbak Rina

Sebelumnya ini sudah saya posting di blog saya satunya tanggal 27 September 2017. Kenapa ini  kok  dinamai surat kecil, bukan surat besar? Yaaa karena yang manulis aku, lain cerita kalau yang nulis adalah si  Mirza . Pasti judulnya Surat besar utuk  Mbak Rina . Hahhaha Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…. Dear kancaku , Mbak Rina di bumi Lampung sana…. Pasti sekarang sampean sudah nggak kesepian lagi Mbak, karena sudah ada Mamas tercinta di samping Mbak Rina ….hihihi so sweet :D Pertama-tama, aku mau mengucapkan “SELAMAT MENEMPUH HIDUP BERPASANGAN DENGAN SUAMI”, karena di tanggal 17 September kemarin sampean sudah SAH menjadi istri dari Mas Nata (semoga nama nya benar, karena belum sampean kenalne aku lho Mbak). Itu artinya, sampean sekarang sedang memasuki  babagan  baru di hidup sampean Mbak, sebagai istri, pendamping hidup, pasangan, teman di ranjang (wkwkwk), mantan pacar yang jadi istri, dan sebagai  garwa  atau  sigaring nyawa  kalau dalam bahasa J

Pengumuman yang Belum Final

Demi memenuhi 30 hari bercerita Challenge, yang digawangi oleh Mirza , saya menyempatkan untuk menulis setiap harinya. Karena tidak setiap hari aku punya inspirasi baru untuk materi menulis, jadi ya tulisannya seperti curhatan di buku diary. Lagian saya juga belum mampu menulis hal-hal kritis yang ndakik-ndakik, ribet, dan perlu daya analisa tinggi. Sebisanya saja, asal istiqomah insyaallah ini bagian dari proses menuju yang lebih baik ke depannya. Ya nggak, Mir? Hahahhaa Jadi hari ini saya akan curhat tentang sebuah pengumuman, pengumuman pemberkasan CPNS 2018 Pemprov Jatim. Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mencoba berkarir sebagai calon ASN, dan ini sebuah nikmat yang luar biasa saya dan keluarga syukuri. Dengan kemampuan yang biasa-biasa saja, saya masih merasa seperti mimpi sampai sekarang. Ini bukti kemurahan hati Allah SWT yang sudah dijelaskan dalam surat Al-Fatihah, " Bismillahirrahmanirrahim ...". Alhamdulillahnya lagi sekarang dalam proses menan

Sahabat di Ciputat

Tetiba aku merasa begitu merindukan suasana malam di Ciputat, meski ada beberapa kenangan di sana yang tidak terlalu aku suka dan selalu ingin lupa saja. Setiap malam, kalau aku masuk kerja di shift pagi, malamnya pasti sibuk mikir "Malam ini mau makan apa ya?" Padahal pilihannya nggak banyak, cuma ada nasi goreng, pecel ayam/lele, ketoprak, nasi uduk, atau soto mie. Tidak jarang aku lebih memilih untuk tidak makan saja karena malas keluar, kecuali ada yang ngajak beli makan, baik oleh Dian (sahabat kos yang kamarnya sebelahan dengan kamarku) atau oleh Mutia (sahabat dari mulai datang di Ciputat yang rumahnya nggak jauh dari kosan ku). Baiklah, di tengah beberapa kenangan di Ciputat yang selalu ingin kulupakan, ada kenangan bersama mereka berdua yang selalu aku pertahankan dan aku kenang selamanya. Aku akan bercerita tentang mereka berdua, dimulai dari Mutia kemudian Dian. Mutia Aku mulai mengenal Mutia sejak pertama kali datang di Ciputat, dikenalkan oleh saha

Teori Baru

Hari ini aku belajar teori baru, dimana lapar tak harus kenyang dengan makan, haus tak harus segar dengan minum, sakit tak harus sembuh dengan berobat, atau capek tak harus semangat dengan beristirahat. Teori itu mengungkapkan bahwa " Seorang wanita muda mampu berbahagia dengan seketika dan lupa semua keluh kesahnya hanya dengan melihat sesuatu yang berhubungan dengan seseorang yang dirindukannya secara diam ." Begitulah, begitu besar peran atas adanya kamu terhadap apa yang terdaki padaku. Aku tidak menuntut apa yang aku rasa sama seperti yang kamu rasa. Aku ingin bersikap dewasa, di mana cinta seorang dewasa adalah hanya mencintai tanpa mengharap kembali dicintai. Bagaimana kamu kepadaku, terserah. Aku mensyukuri segala apa yang aku rasa sekarang sebagai nikmat Tuhan, seperti halnya seseorang yang disembuhkan dari penyakitnya, nikmat sembuh sangat berarti baginya. Begitu pula aku, merasakan hal yang demikian aku sudah sangat bersyukur, tak pantas rasanya jika aku b

Orang Jawa Nggak Bisa Ngomong Jawa? Apa Kata Mertua!!!

Sudah bukan hal baru lagi jika anak-anak muda jaman sekarang mulai tidak banyak yang lihai memakai bahasa Jawa yang banyak jenisnya itu. Kami, lah kok kami, saya saja lah. Saya, yang dari SD belajar Bahasa Jawa sampai Aliyah, masih saja grotal - gratul (belum lancar) jika hendak berbicara dengan orang yang lebih tua, karena secara etika ketika anak muda berbicara dengan orang yang lebih tua hendaknya menggunakan Bahasa Jawa tipe "Krama Inggil". Ya, saya katakan tipe karena Krama Inggil adalah salah satu jenis pembagian dari Bahasa Jawa sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang diajak berbicara.  Untuk teman-teman yang bukan orang Jawa mungkin bingung maksudnya bagaimana. Jadi, Bahasa Jawa memiliki beberapa bahasa yang digunakan sebagai cara komunikasi sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang diajak bicara. Pembagian Bahasa Jawa ada 3 macam, yaitu Boso Ngoko (biasa digunakan ketika berbicara dengan orang yang seumuran, orang tua kepada yang lebih mud

Tips Berdamai dengan Tampang menurut Yudha Keling

Sejujurnya, tulisan ini dibuat karena saya pribadi tengah mengalami keminderan yang amat sangat menyiksa dan rasa minder saya sudah dalam stadium paling parah. Jadi bisa dikatakan saya sedang minder seminder mindernya, bukan rindu serindu-rindunya ya. Memang saya minderan dari kecil, dan belum hilang sampai sekarang. Yang membuat saya minder tentunya karena apa yang saya miliki saya rasa jauh di bawah dari apa yang orang lain miliki, entah itu dari sisi fisik terutama, kompetensi, materi, perangai, dan banyak lagi. Bisa dikatakan saya ini sangat tidak bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan, tapi berkali-kali saya mencoba untuk menerima dan mensyukuri apa yang saya miliki meski tidak dipungkiri bahwasanya rasa kurang percaya diri masih selalu menghantui. Pasalnya, sebentar lagi saya diharuskan untuk mampu menjadi sosok panutan bagi peserta didik di sebuah lembaga pendidikan tingkat atas dan itu salah satu kekhawatiran terbesar saya. Hingga menyebabkan saya sering minder dan mencar