MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA
DIDIK DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI PENERAPAN STRATEGI
SINERGETIC TEACHING KELAS XI SEMESTER GANJIL MAN TEMBORO MAGETAN TAHUN AJARAN
2013/2014.
Proposal ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Penelitian Tindakan Kelas”
Disusun oleh:
Yastin Ismityas Septiani (210311100)
Dosen
Pengampu:
Drs. Ju’subaidi, M.Ag.
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Sejarah Kebudayaan
Islam merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam jenjang pendidikan
Madrasah Aliyah yang didalamnya termuat berbagai sejarah-sejarah keislaman pada
masa lampau yang mampu memotivasi peserta didik untuk meneladani kisah yang
baik. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, peserta didik dapat bercermin dan
menilai perbuatan yang merupakan keberhasilan dan kegagalan. Dengan mengetahui
sejarah, peserta didik akan lebih mempersiapkan diri untuk meraih keberhasilan
dan akan lebih berhati-hati agar kegagalan itu tidak terulang kembali. Sejarah
merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, ia merupakan
tempat belajar bagi para generasi penerus agar dapat memandang ke masa silam,
melihat ke masa kini, dan menatap ke masa depan. Al- Qur’an adalah kitab suci
yang merupakan pedoman hidup umat Islam yang telah memerintahkan umatnya untuk
memperhatikan sejarah.
Mengingat begitu
pentingnya ata pelajaran SKI bagi perkembangan peserta didik, ternyata
ditemukan fakta lapangan bahwa Dalam proses pembelajaran di kelas, Sejarah
Kebudayaan Islam menjadi mata pelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Sehingga
banyak peserta didik yang kurang antusias/pasif dalam mengikuti mata pelajaran
SKI. Dengan isi materi yang hanya mengulas tentang sejarah mengakibatkan para
guru kurang memiliki kreatifitas dalam mengemas penyampaian materi tersebut.
Dengan kondisi
yang seperti itu, Guru yang dalam kegiatan pembelajaran berperan sebagai
fasilitator, hendaknya secara terus menerus berupaya mencari jalan keluar agar tujuan pembelajaran tercapai secara
maksimal. Disini, peneliti mencoba menerapkan strategi Sinergetic teaching yang
jarang dipakai oleh guru SKI pada umumnya. Synergetic Teaching merupakan
strategi yang menggabungkan dua cara
belajar yang berbeda. Strategi
ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari
materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah dengan menerapkan strategi
Sinergetic Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X di MAN Temboro Magetan?
C.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran SKI
kelas X di MAN Temboro Magetan melalui penerapan strategi Sinergetic Teaching.
D.
Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian pustaka maka dapat diajukan hipotesis tindakan ”maka
dengan penerapan strategi Sinergetic Teaching mampu meningkatkan motivasi
belajar peserta didik mata pelajaran SKI kelas X di MAN Temboro Magetan”.
E.
Manfaat penelitian
1.
Bagi guru yaitu dapat menambah
pengetahuan dan informasi bagaimana dalam menerapkan strategi yang menarik
sehingga peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2.
Bagi peneliti yaitu dapat menjadi bekal untuk meningkatkan
pengetahuaan dalam rangka mengembangkan tugas dan profesinya sebagai calon pendidik.
3.
Bagi peserta didik yaitu mampu
meningkatkan motivasi belajar dalam mata pelajaran SKI sehingga tidak merasa
jenuh ataupun bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
4.
Bagi Kepala Sekolah yaitu dapat mengetahui permsalahan-permasalahan
yang ada di sekolah sehingga dapat mencari solosi/jalan keluar demi perbaikan
–perbaikan di masa-masa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Motivasi
1.
Pengertian Motivasi
Istilah Motivasi (Motivation) berasal dari
bahasa latin yakni movere, yang berarti “Menggerakkan”(to move).“
Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela
(Valunter) yang diarahkan kearah tujuan
tertentu, atau keinginan atau kemauan seseorang untuk mencurahkan segala upaya
dalam mencapai tujuan atau hasil tertentu. [1]
Motivasi adalah
proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku, artinya prilaku yang
termotivasi adalah prilaku yang penuh energi terarah dan tahan lama. Dan
motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Contohnya murid
yang tidak termotivasi tidak akan berusaha keras belajar. Dan murid yang
bermotivasi tingi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.
Motivasi belajar
merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat membangun
kesediaan dan keinginan yang kuat dalam
diri peserta didik untuk belajar secara
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan prilaku, naik
dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.[2]
Diantara
pengertian motivasi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. S. Nasution MA Mengemukakan : “ To motivate child to orange
condition so that the wants to do what he is capable doing” Memotivasi
murid adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan
apa yang dapat di lakukan.[3]
b. Menurut Mc Donald. “ Motivation is an energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”.
Motivasi adalah perubahan energy dalam diri
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. [4] Dari dua
pengertian diatas kita dapat melihat ada 3 unsur yang saling berkaitan sebagai berikut :
1) Motivasi di mulai dari adanya perubahan energy dalam pribadi. Perubahan- perubahan dalam motivasi timbul
dari perubahan tertentu di dalam system
neuropisiologis dalam oranisme manusia.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affectif arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi
ini menimbulkan kelakuan
yang bermotif. Perubahan bisa dan
mungkin pula tidak, jika hanya melihatnya
dalam perbuatan.
3) Motivasi ditandai dengan
reaksi-reaksi untuk mencapai
tujuan. Pribadi yang bermotivasi
mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon itu berfungsi mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon
merupakan suatu langkah kearah mencapai
tujuan.[5]
c. Eysenck dkk merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupaka konsep yang rumit dan berkaitan
dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan
sebagainya.
d. Menurut Sardiman A.M.
Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu, Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif.
e. Menurut John Jung, Motivasi adalah The concept motivation also
implies the energy is involved to active the individual a level that enable the
performance of approprite behavior. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, atau keinginan dan kemauan seseorang untuk mencurahkan
upayanya dalam mencapai tujuan.[6]
f.
Menurut J. W Atkinson
dengan menambahkan bahwa Motivasi adalah suatu proses pengarahan prilaku,
kekuatan menanggapi dan kegigihan
prilaku yang di dalamnya termasuk
sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan penghargaan, penguatan
dan pencapaian.
Berdasarkan pendapat pendapat tersebut diatas jelaslah bahwa masalah-masalah yang dihadapi
guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Guru harus
senantiasa mengingat bahwa setiap motif baru harus tumbuh dari keadaan anak
sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah dimiliki dorongan-dorongan dasarnya
sikap-sikapnya, minatnya, penghargaannya, cita-citanya, tingkah lakunya, hasil
belajarnya dan sebagainya.
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Herman Hudoyo, dilihat timbulnya motivasi,
terdapat dua macam motivasi, yaitu (1) motivasi ekstrinsik (2) motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang timbul karena adanya stimulus
dari luar mengharap sesuatu di balik belajarnya . Kegiatan dimulai dan
dilaksanakan karena adanya dorongan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
tersebut. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbulnya
dari dalam diri orang yang belajar itu sendiri cukup bermakna baginya. Misalnya
siswa mengerjakan kegiatan-kegiatan agama, karena memang ia berminat untuk
mendalami agama.
3. Fungsi dan Tingkatan
Motivasi
Fungsi dari motivasi adalah: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan. (2) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang di inginkan. (3) Sebagai
penggerak ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.
Tingkat motivasi ada tiga jenis: (1) Motivasi yang
dilakukan atas dasar ketakutan (Fear Motivation). Dia melakukan sesuatu
karena takut jika tidak maka sesuatu
yang buruk akan terjadi, misalnya murit
takut pada Gurunya karena takut nilainya jelek. (2) Motivasi karena ingin
mencapai sesuatu (achievement motivation) Motivasi ini jauh lebih baik
dari motivasi yang pertama karena sudah ada tujuan didalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia
ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. (3) Motivasi yang di
dorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation) yaitu karena di
dasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya.
Orang yang memiliki motivasi
seperti ini biasanya memiliki visi yang
jauh kedepan. Baginya belajar adalah proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.[7]
4. Bentuk-Bentuk
Motivasi
Adapun bentuk-bentuk Motivasi yaitu (1)
Kehendak. kemauan untuk mencari sesuatu tujuan yang khusus. Misalnya, siswa
ingin meningkatkan kegiatan keagamaannya. Tingkah lakunya diarahkan untuk
pencapaian tujuan tersebut, sehingga kehendaknya menggerakkan pencapaian tujuan
itu. Kehendak tersebut merupakan motivasi. (2) Minat. Macam motivasi ini
seringkali dikaitkan dengan keinginan seseorang dengan sesuatu yang lebih
banyak. Dalam hal siswa berminat pada topik al Qur’an, maka pengajar/guru dalam
mengajarkan matematika perlu mengaitkannya dengan dalil-dalil Al Qur’an. (3)
Sikap. Macam motivasi ini biasanya digunakan untuk mengacu kepada suatu gagasan
yang berkaitan dengan emosi. Sikap ini terpusat kepada sesuatu. Misalnya,
seseorang siswa berakhlak terpuji, tentu sikapnya mempengaruhi tingkah lakunya
terhadap kehidupan agamanya. Sikap tidak menyukai prilaku terpuji merupakan salah satu hambatan untuk
menerapkan kegiatan-keiatan agama yang efektif. (4) Penghargaan diri. Tingkah
laku pribadi kebanyakan terbawa oleh perasaan harga diri. Seseorang mencoba
mempertahankan harga dirinya dan ia cenderung untuk tidak berbuat yang
merendahkan harga dirinya. Misalnya siswa ingin mendapatkan penilaian yang baik
dalam prilakunya maka ia tidak akan melakukan perbuatan yang merendahkan harga
dirinya seperti berkata kotor atau mengolok-olok teman maka ia menghindarinya.
Sebab akan merendahkan harga dirinya.
5. Prinsip Motivasi
Dalam kegiatan pendidikan agama Islam perlu
diperhatikan Prinsip motivasi. (1) Memberikan dorongan (drive),
kebutuhan itu menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya
mendorong seseorang untuk menuju ketecapaiannya suatu tujuan. (2). Membeikan
Insetif, adanya karateristik tujuan menyebabkan seseorang bertingkah laku
tersebut disebut insentif. Dalam Pembelajaran Pendidikan agama Islam diperlukan
insentif untuk lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Yaitu berupa
nilai, atau penghargaan sesuai dengan
kemampuan yang di capai peserta didik. (3) Motivasi Prestasi setiap seseorang
mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan unuk dapat prestasi, Menurut Mc Clellend dalam carleson mengemukakan bahwa motivasi
itu merupakan fungsi dari 3 variabel yaitu : (pertama, Harapan melakukan
tugas untuk berhasil, kedua, prestasi tinggi dengan nilai tugas, ketiga,
kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksesan). (4) Motivasi kompetensi yaitu
peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha
untuk menaklukkan lingkungannya, dan motivasi belajar tidak lepas dari
keinginannya untuk menunjukkan kemampuannya dan penguasaannya karena itu
diperlukan ketrampilan mengevaluasi diri, nilai tugas bagi peserta didik, harapan untuk sukses, patokan keberhasilan,
kontrol belajar, dan penguatan diri untuk mencapai tujuan. (5). Motivasi
kebutuhan menurut Maslow teori tersebut menunjukkan bahwa ( pertama Individu bukan hanya
di dorong oleh pemenuhan kebutuhan – kebutuhan biologis, sosial, dan emosional,
melainkan dapat diberikan dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari apa
yang dimiliki saat ini, kedua, Pengetahuan tentang kemajuan yang di
capai dalam memenui keinginan untuk mencapai tujuan dapat mendorong terjadinya
peningkatan usaha, dan pengalaman
tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri dapat memperkuat kemampuan
memelihara kesungguhan dalam belajar. Ketiga. Dorongan yang mengatur
prilaku tidak selalu jelas bagi peserta
didik contohnya seorang peserta didik yang mengharapkan dari gurunya untuk bisa
berubah lebih dari itu karena emosi untuk mencapai sesuatu. Keempat.
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,
atau keyakinan sendiri sehingga peserta didik yang termasuk pandai belum tentu
bisa menghadapi setiap masalah. Kelima. Rasa aman dan keberhasilan
mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Keenam. Setiap
media pembelajaran memiliki pengaruh motivasi yang berbeda pada diri peserta
didik sesuai dengan karateristik individu.[8]
B.
Belajar
Manusia adalah
makhluk yang belajar. Sejak manusia dilahirkan, belajar merupakan aktivitas
yang utama. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relative
permanen pada perilaku yang terjadi akibat latihan; perubahan perilaku yang
terjadi karena maturasi (bukan latihan). Belajar adalah proses pengolahan
informasi yang di lakukan oleh masing-masing individu untuk memberi atau
membentuk makna dari setiap informasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin di capai di capai.[9]
Belajar merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
itu amat tergantung pada proses belajar yang di alami siswa, baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan masyarakat atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,
bentuk dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik khususnya para
guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan megakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang di capai peserta didik.[10]
Menurut Cronbach
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dengan mengalami itu si
pelajar mempergunakan panca indranya. Kemudian yang sesuai dengan pendapat itu
adalah Harrold Spears, yang menyatakan bahwa lerning is to read, to imiate,
to try something themselves. To listen, to follow direction.[11]
Menurut Speras belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,
mendengar dan mengikuti petunjuk. Jadi definisi belajar dalam hal semua panca
indra di gunakan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Jerome
S.Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase:
1. Fase
informasi (tahap penerimaan materi), seorang siswa yang sedang belajar
memperoleh keterangan mengenai materi yang sedang di pelajari.
2. Fase
transormasi (tahap pengubahan meteri), informasi yang telah di peroleh di
analisis atau di transformasikan dalam bentuk yang abstrak dan dimanfaatkan
bagi hal-hal yang lebih luas.
3. Fase
evaluasi (tahap penilaian materi), siswa akan menilai sendiri sampai sejauh
mana pengetahuanya itu dapat di manfaatkan untuk memecahkan ,asalah yang di
hadapi.[12]
C.
Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan
Islam adalah sejarah yang berisi tentang
sejarah Islam khususnya kebudayaan Islam pada masa lampau. Sejarah
Kebudayaah Islam yang dimaksud di sini adalah nama mata pelajaran yang di
belajarakan pada pendidikan Islam atau MTs
D.
Synergetic Teaching
Metode Sinergetik Teaching dijelaskan oleh
Melvin L. Silberman di dalam bukunya Active Learning yang diterjemah
oleh Raisul Muttaqien mengatakan sebagai berikut, “Metode Sinergetik (Synergetic
Teaching) merupakan salah satu metode yang terdapat di dalam Strategi
Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy). Sinergetik diambil dari kata sinergi yang artinya
adalah melakukan kegiatan atau operasi gabungan.
Synergetic Teaching, yaitu strategi yang
menggabungkan dua cara belajar yang berbeda. Strategi ini memberi kesempatan kepada
siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan
membandingkan catatan. Metode
Sinergetik Teaching (Synergetic Teaching) ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka
peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka miliki.
Langkah-langkahnya
yaitu sebagai berikut:
1.
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok.
2.
Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran.
3.
Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yang
diinginkan oleh guru.
4.
Selanjutnya, guru membalikkan pengalaman belajar siswa.
5.
Guru memberikan pasangan masing-masing anggota kelompok pembaca dan
kelompok penerima materi pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan
/meringkas materi pelajaran.
Tujuan
dari Sinergetic Teaching adalah agar
hasil-hasil belajar atau penguasaan siswa terhadap materi akan menjadi optimal.
Makin tepat metode yang diberikan maka meningkat pula penguasaan siswa, maka
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dan makin tinggi penguasaan siswa, maka
intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi menerapkan metode yang
tepat akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada
penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan
permasalahan tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan
pendekatan kontekstual pada peserta didik kelas XI di MAN Temboro
Magetan.
Kemudian
peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan strategi Sinergetic
Teaching agar pembelajaran lebih bervariasi dan peserta didik semangat
untuk mengikuti pelajaran SKI. Kriteria penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
sedangkan jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian tentang
situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan
mutu tindakan yang ada di dalamnya. Dengan demikian penelitian ini
bertujuan untuk memberikan pertimbangan praktis dalam situasi nyata
Penelitian
ini akan mengungkap persoalan yang terjadi
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan penerapan
strategi Sinergetic Teaching. Peneliti berada di sekolah
dari awal sampai akhir penelitian guna
mengetahui keadaan peserta didik, merumuskan tindakan selanjutnya,
memantau dan melaporkan hasil penelitian.
B.
Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian
ini, peneliti hanya sebagai observer yaitu hanya memantau atau melihat langsung
dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelaksana atau guru.
C.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
tindakan kelas ini adalah Madrasah Aliyah Negeri Temboro Magetan. Kondisi kelas
ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard.
Lama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan Juni samapai
bulan 2014, sedangkan subjek dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar
siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
D.
Sumber Data
Dalam penelitian
ini, sumber data berasal dari siswa siswi MAN Temboro Magetan, guru Sejarah
Kebudayaan Islam Bapak Tri Huda Munawar,
S.PdI. dan kepala sekolah.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data pada PTK ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi.
1.
Teknik wawancara
Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, dengan orang lain untuk mengetahui suatu
kejadian, kegiatan, perasaan dan laian – lain. Teknik wawancara yang digunakan
adalah wawancara mendalam yakni penelitian mengajukan pertanyaan secara
mendalam yang berhubungan dengan permasalahan.[13]
Dalam penelitian
ini, wawancara dilakukan dengan peserta didik kelas XI MAN Tenboro Magetan,
untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, dan pemahaman terhadap materi
pembelajaran.
2.
Teknik observasi
Observasi adalah
usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan
prosedur berstandar atau pengamatan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap objek yang diteliti.[14] Dalam
penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung atau
partisipan aktif yaitu mengamati atau menatap kejadian, gerak, atau proses
dari data lapangan dan ikut serta
kegiatan – kegiatan di dalamnya.[15]
Observasi aktif
ini untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran,
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, dan prestasi belajar pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam serta kendala yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
3.
Teknik dokumentasi
Teknik
dokumentasi adalah pengumpulan data dari sumber non insani yang terdiri dari
dokumen dan rekaman.[16]
Dalam penelitian
ini, dokumen yang digunakan berupa daftar hadir peserta didik, nilai ulangan
harian, foto dan rekaman dalam proses pembelajaran.
[1] Departemen Agama Republik
Indonesia, Motivasi dan Etos Kerja,
(Jakarta, Biro Kepegawaian Seketariat jendral Depag RI, 2004), hlm 11
[2] Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT Refika Aditama, 2009) hlm 26
[3] Zakiyah Daradjat, metodik
kusus pengajaran agama islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan
DEPAG RI, 1995) hlm 140
[4]
Oemar Hamalik, proses belajar mengajar, cet, 8 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hlm 158
[5] Ibid, hlm 158-159
[6] Departemen Agama, Motivasi
dan Etos Kerja,(Jakarta, Biro Kepegawaian secretariat jendral departemen
Agama RI, 2004) , hlm 12
[7] Ibid hlm 15
[8] Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan agama Islam Di Sekolah. 2004 ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya )
hlm 139- 141
[9] M.chabib Thoha dan Abdul
Mukti,PBM di sekolah eksistensi dan proses belajar mengajar
PAI(yogyakarta:pustaka belajar,1998), 95
[10]
Sumadi suryabrata,psikologi pendidikan,(jakarta: raja grafindo
persada,2001), 231
[11] Ibid, 231
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), 34
Komentar
Posting Komentar