Langsung ke konten utama

contoh Proposal PTK



MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI PENERAPAN STRATEGI SINERGETIC TEACHING KELAS XI SEMESTER GANJIL MAN TEMBORO MAGETAN TAHUN AJARAN 2013/2014.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Penelitian Tindakan Kelas”







Disusun oleh:
Yastin Ismityas Septiani                   (210311100)

Dosen Pengampu:
Drs. Ju’subaidi, M.Ag.
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam jenjang pendidikan Madrasah Aliyah yang didalamnya termuat berbagai sejarah-sejarah keislaman pada masa lampau yang mampu memotivasi peserta didik untuk meneladani kisah yang baik. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, peserta didik dapat bercermin dan menilai perbuatan yang merupakan keberhasilan dan kegagalan. Dengan mengetahui sejarah, peserta didik akan lebih mempersiapkan diri untuk meraih keberhasilan dan akan lebih berhati-hati agar kegagalan itu tidak terulang kembali. Sejarah merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, ia merupakan tempat belajar bagi para generasi penerus agar dapat memandang ke masa silam, melihat ke masa kini, dan menatap ke masa depan. Al- Qur’an adalah kitab suci yang merupakan pedoman hidup umat Islam yang telah memerintahkan umatnya untuk memperhatikan sejarah.
Mengingat begitu pentingnya ata pelajaran SKI bagi perkembangan peserta didik, ternyata ditemukan fakta lapangan bahwa Dalam proses pembelajaran di kelas, Sejarah Kebudayaan Islam menjadi mata pelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Sehingga banyak peserta didik yang kurang antusias/pasif dalam mengikuti mata pelajaran SKI. Dengan isi materi yang hanya mengulas tentang sejarah mengakibatkan para guru kurang memiliki kreatifitas dalam mengemas penyampaian materi tersebut.
Dengan kondisi yang seperti itu, Guru yang dalam kegiatan pembelajaran berperan sebagai fasilitator, hendaknya secara terus menerus berupaya mencari jalan keluar  agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Disini, peneliti mencoba menerapkan strategi Sinergetic teaching yang jarang dipakai oleh guru SKI pada umumnya. Synergetic Teaching merupakan strategi yang menggabungkan dua cara belajar yang berbeda. Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan.
B.     Rumusan masalah
1.    Apakah dengan menerapkan strategi Sinergetic Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X di MAN Temboro Magetan?


C.     Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran SKI kelas X di MAN Temboro Magetan melalui penerapan strategi Sinergetic Teaching.
D.    Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian pustaka maka dapat diajukan hipotesis tindakan ”maka dengan penerapan strategi Sinergetic Teaching mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik mata pelajaran SKI kelas X di MAN Temboro Magetan”.
E.     Manfaat penelitian
1.      Bagi guru yaitu dapat menambah pengetahuan dan informasi bagaimana dalam menerapkan strategi yang menarik sehingga peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2.      Bagi peneliti yaitu dapat menjadi bekal untuk meningkatkan pengetahuaan dalam rangka mengembangkan tugas dan profesinya sebagai calon pendidik.
3.      Bagi peserta didik yaitu mampu meningkatkan motivasi belajar dalam mata pelajaran SKI sehingga tidak merasa jenuh ataupun bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
4.    Bagi Kepala Sekolah yaitu dapat mengetahui permsalahan-permasalahan yang ada di sekolah sehingga dapat mencari solosi/jalan keluar demi perbaikan –perbaikan di masa-masa yang akan datang.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Motivasi
1.      Pengertian Motivasi
Istilah  Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti “Menggerakkan”(to move).“ Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (Valunter)  yang diarahkan kearah tujuan tertentu, atau keinginan atau kemauan seseorang untuk mencurahkan segala upaya dalam mencapai tujuan atau hasil tertentu. [1]
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku, artinya prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi terarah dan tahan lama. Dan motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Contohnya murid yang tidak termotivasi tidak akan berusaha keras belajar. Dan murid yang bermotivasi tingi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong  (driving force), atau alat membangun kesediaan dan keinginan yang kuat  dalam diri peserta didik  untuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan prilaku, naik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.[2]
Diantara pengertian motivasi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       S. Nasution MA Mengemukakan : “ To motivate child to orange condition so that the wants to do what he is capable doing” Memotivasi murid adalah  menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan  apa yang dapat di lakukan.[3]
b.      Menurut Mc Donald. “ Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Motivasi adalah perubahan energy dalam diri  pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. [4] Dari dua pengertian diatas kita dapat melihat ada 3 unsur yang saling berkaitan  sebagai berikut :
1)     Motivasi di mulai dari adanya perubahan  energy dalam pribadi.  Perubahan- perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan tertentu  di dalam system neuropisiologis  dalam oranisme manusia.
2)     Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan  affectif arousal. Mula-mula merupakan  ketegangan psikologis, lalu merupakan  suasana emosi  ini menimbulkan  kelakuan yang  bermotif. Perubahan bisa dan mungkin pula tidak, jika hanya melihatnya  dalam perbuatan.
3)     Motivasi ditandai dengan  reaksi-reaksi untuk mencapai  tujuan. Pribadi yang bermotivasi  mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu  tujuan. Respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah  kearah mencapai tujuan.[5]
c.       Eysenck dkk merumuskan motivasi sebagai  suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupaka konsep yang rumit dan berkaitan  dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.
d.      Menurut Sardiman A.M. Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
e.       Menurut John Jung, Motivasi adalah The concept motivation also implies the energy is involved to active the individual a level that enable the performance of approprite behavior. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku  atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu, atau keinginan dan kemauan seseorang untuk mencurahkan upayanya dalam mencapai tujuan.[6]
f.       Menurut J. W Atkinson dengan menambahkan bahwa Motivasi adalah suatu proses pengarahan prilaku, kekuatan menanggapi  dan kegigihan prilaku yang di dalamnya termasuk sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan penghargaan, penguatan dan pencapaian.
Berdasarkan pendapat pendapat tersebut diatas  jelaslah bahwa masalah-masalah yang dihadapi  guru adalah mempelajari bagaimana  melaksanakan  motivasi secara efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif baru harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah dimiliki dorongan-dorongan dasarnya sikap-sikapnya, minatnya, penghargaannya, cita-citanya, tingkah lakunya, hasil belajarnya dan sebagainya.
2.      Jenis-jenis Motivasi
Menurut Herman Hudoyo, dilihat timbulnya motivasi, terdapat dua macam motivasi, yaitu (1) motivasi ekstrinsik (2) motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang timbul karena adanya stimulus dari luar mengharap sesuatu di balik belajarnya . Kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan tersebut. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari dalam diri orang yang belajar itu sendiri cukup bermakna baginya. Misalnya siswa mengerjakan kegiatan-kegiatan agama, karena memang ia berminat untuk mendalami agama.
3.      Fungsi dan Tingkatan Motivasi
Fungsi dari motivasi adalah: (1)   mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. (2) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan pada  pencapaian tujuan yang di inginkan. (3) Sebagai penggerak ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi  akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Tingkat motivasi ada tiga jenis: (1) Motivasi yang dilakukan atas dasar ketakutan (Fear Motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak  maka sesuatu yang  buruk akan terjadi, misalnya murit takut pada Gurunya karena takut nilainya jelek. (2) Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation) Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama karena sudah ada tujuan didalamnya.  Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. (3) Motivasi yang di dorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation) yaitu karena di dasarkan  oleh misi atau tujuan  hidupnya.  Orang  yang memiliki motivasi seperti ini  biasanya memiliki visi yang jauh kedepan. Baginya belajar adalah proses yang harus dilaluinya  untuk mencapai misi hidupnya.[7]
4.      Bentuk-Bentuk Motivasi
Adapun bentuk-bentuk Motivasi yaitu (1) Kehendak. kemauan untuk mencari sesuatu tujuan yang khusus. Misalnya, siswa ingin meningkatkan kegiatan keagamaannya. Tingkah lakunya diarahkan untuk pencapaian tujuan tersebut, sehingga kehendaknya menggerakkan pencapaian tujuan itu. Kehendak tersebut merupakan motivasi. (2) Minat. Macam motivasi ini seringkali dikaitkan dengan keinginan seseorang dengan sesuatu yang lebih banyak. Dalam hal siswa berminat pada topik al Qur’an, maka pengajar/guru dalam mengajarkan matematika perlu mengaitkannya dengan dalil-dalil Al Qur’an. (3) Sikap. Macam motivasi ini biasanya digunakan untuk mengacu kepada suatu gagasan yang berkaitan dengan emosi. Sikap ini terpusat kepada sesuatu. Misalnya, seseorang siswa berakhlak terpuji, tentu sikapnya mempengaruhi tingkah lakunya terhadap kehidupan agamanya. Sikap tidak menyukai prilaku terpuji merupakan salah satu hambatan untuk menerapkan kegiatan-keiatan agama yang efektif. (4) Penghargaan diri. Tingkah laku pribadi kebanyakan terbawa oleh perasaan harga diri. Seseorang mencoba mempertahankan harga dirinya dan ia cenderung untuk tidak berbuat yang merendahkan harga dirinya. Misalnya siswa ingin mendapatkan penilaian yang baik dalam prilakunya maka ia tidak akan melakukan perbuatan yang merendahkan harga dirinya seperti berkata kotor atau mengolok-olok teman maka ia menghindarinya. Sebab akan merendahkan harga dirinya.
5.      Prinsip Motivasi
Dalam kegiatan pendidikan agama Islam perlu diperhatikan Prinsip motivasi. (1) Memberikan dorongan (drive), kebutuhan itu menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya mendorong seseorang untuk menuju ketecapaiannya suatu tujuan. (2). Membeikan Insetif, adanya karateristik tujuan menyebabkan seseorang bertingkah laku tersebut disebut insentif. Dalam Pembelajaran Pendidikan agama Islam diperlukan insentif untuk lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Yaitu berupa nilai, atau penghargaan  sesuai dengan kemampuan yang di capai peserta didik. (3) Motivasi Prestasi setiap seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan  unuk dapat prestasi, Menurut Mc Clellend  dalam carleson mengemukakan bahwa motivasi itu merupakan fungsi dari 3 variabel yaitu : (pertama, Harapan melakukan tugas untuk berhasil, kedua, prestasi tinggi dengan nilai tugas, ketiga, kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksesan). (4) Motivasi kompetensi yaitu peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha untuk menaklukkan lingkungannya, dan motivasi belajar tidak lepas dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuannya dan penguasaannya karena itu diperlukan ketrampilan mengevaluasi diri, nilai tugas bagi peserta didik,  harapan untuk sukses, patokan keberhasilan, kontrol belajar, dan penguatan diri untuk mencapai tujuan. (5). Motivasi kebutuhan menurut Maslow teori tersebut menunjukkan   bahwa ( pertama Individu bukan hanya di dorong oleh pemenuhan kebutuhan – kebutuhan biologis, sosial, dan emosional, melainkan dapat diberikan dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari apa yang dimiliki saat ini, kedua, Pengetahuan tentang kemajuan yang di capai dalam memenui keinginan untuk mencapai tujuan dapat mendorong terjadinya peningkatan usaha,  dan pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhan dalam belajar. Ketiga. Dorongan yang mengatur prilaku tidak  selalu jelas bagi peserta didik contohnya seorang peserta didik yang mengharapkan dari gurunya untuk bisa berubah lebih dari itu karena emosi untuk mencapai sesuatu. Keempat. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan sendiri sehingga peserta didik yang termasuk pandai belum tentu bisa menghadapi setiap masalah. Kelima. Rasa aman dan keberhasilan mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Keenam. Setiap media pembelajaran memiliki pengaruh motivasi yang berbeda pada diri peserta didik sesuai dengan karateristik individu.[8]
B.     Belajar
Manusia adalah makhluk yang belajar. Sejak manusia dilahirkan, belajar merupakan aktivitas yang utama. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relative permanen pada perilaku yang terjadi akibat latihan; perubahan perilaku yang terjadi karena maturasi (bukan latihan). Belajar adalah proses pengolahan informasi yang di lakukan oleh masing-masing individu untuk memberi atau membentuk makna dari setiap informasi yang sesuai dengan tujuan  yang ingin di capai di capai.[9]
Belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang di alami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan masyarakat atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan megakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang di capai peserta didik.[10]
Menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dengan mengalami itu si pelajar mempergunakan panca indranya. Kemudian yang sesuai dengan pendapat itu adalah Harrold Spears, yang menyatakan bahwa lerning is to read, to imiate, to try something themselves. To listen, to follow direction.[11] Menurut Speras belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti petunjuk. Jadi definisi belajar dalam hal semua panca indra di gunakan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Jerome S.Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase:
1. Fase informasi (tahap penerimaan materi), seorang siswa yang sedang belajar memperoleh keterangan mengenai materi yang sedang di pelajari.
2. Fase transormasi (tahap pengubahan meteri), informasi yang telah di peroleh di analisis atau di transformasikan dalam bentuk yang abstrak dan dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi), siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuanya itu dapat di manfaatkan untuk memecahkan ,asalah yang di hadapi.[12]
C.     Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam adalah sejarah yang berisi tentang  sejarah Islam khususnya kebudayaan Islam pada masa lampau. Sejarah Kebudayaah Islam yang dimaksud di sini adalah nama mata pelajaran yang di belajarakan pada pendidikan Islam atau MTs
D.    Synergetic Teaching
Metode Sinergetik Teaching dijelaskan oleh Melvin L. Silberman di dalam bukunya Active Learning yang diterjemah oleh Raisul Muttaqien mengatakan sebagai berikut, “Metode Sinergetik (Synergetic Teaching) merupakan salah satu metode yang terdapat di dalam Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy). Sinergetik diambil dari kata sinergi yang artinya adalah melakukan kegiatan atau operasi gabungan.
Synergetic Teaching, yaitu strategi yang menggabungkan dua cara belajar yang berbeda. Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan. Metode Sinergetik Teaching (Synergetic Teaching) ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka miliki.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1.    Guru membagi kelas menjadi dua kelompok.
2.    Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran.
3.    Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yang diinginkan oleh guru.
4.    Selanjutnya, guru membalikkan pengalaman belajar siswa.
5.    Guru memberikan pasangan masing-masing anggota kelompok pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan /meringkas materi pelajaran.
Tujuan dari Sinergetic Teaching adalah agar hasil-hasil belajar atau penguasaan siswa terhadap materi akan menjadi optimal. Makin tepat metode yang diberikan maka meningkat pula penguasaan siswa, maka akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dan makin tinggi penguasaan siswa, maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi menerapkan metode yang tepat akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada  penelitian  ini,  peneliti  ingin  mengungkapkan  permasalahan  tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan  pendekatan  kontekstual  pada peserta didik kelas XI di MAN Temboro Magetan.
Kemudian  peneliti  melakukan  tindakan  dengan  menerapkan strategi Sinergetic Teaching agar pembelajaran lebih bervariasi dan peserta didik semangat untuk mengikuti pelajaran SKI. Kriteria penelitian ini adalah  penelitian kualitatif, sedangkan  jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian  tindakan kelas  (PTK). Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  merupakan kajian  tentang  situasi  sosial  dan pandangan  untuk  meningkatkan  mutu  tindakan yang ada di dalamnya. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memberikan pertimbangan praktis dalam situasi nyata
Penelitian ini  akan  mengungkap persoalan  yang  terjadi  dalam  pembelajaran Sejarah  Kebudayaan  Islam dengan penerapan strategi Sinergetic Teaching. Peneliti berada  di  sekolah  dari  awal  sampai  akhir  penelitian  guna  mengetahui  keadaan peserta didik, merumuskan tindakan selanjutnya, memantau dan melaporkan hasil penelitian.
B.     Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti hanya sebagai observer yaitu hanya memantau atau melihat langsung dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelaksana atau guru.
C.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah Madrasah Aliyah Negeri Temboro Magetan. Kondisi kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan Juni samapai bulan  2014, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
D.    Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data berasal dari siswa siswi MAN Temboro Magetan, guru Sejarah Kebudayaan Islam Bapak  Tri Huda Munawar, S.PdI. dan kepala sekolah.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada PTK ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi.
1.         Teknik wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dengan orang lain untuk mengetahui suatu kejadian, kegiatan, perasaan dan laian – lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yakni penelitian mengajukan pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan permasalahan.[13]
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan peserta didik kelas XI MAN Tenboro Magetan, untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, dan pemahaman terhadap materi pembelajaran.
2.    Teknik observasi
Observasi adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur berstandar atau pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti.[14] Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung atau partisipan aktif yaitu mengamati atau menatap kejadian, gerak, atau proses dari  data lapangan dan ikut serta kegiatan – kegiatan di dalamnya.[15]
Observasi aktif ini untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, dan prestasi belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam serta kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
3.    Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dari sumber non insani yang terdiri dari dokumen dan rekaman.[16]
Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa daftar hadir peserta didik, nilai ulangan harian, foto dan rekaman dalam proses pembelajaran.




[1] Departemen Agama Republik Indonesia,  Motivasi dan Etos Kerja, (Jakarta, Biro Kepegawaian Seketariat jendral Depag RI, 2004), hlm 11
[2] Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT Refika Aditama, 2009) hlm 26
[3] Zakiyah Daradjat, metodik kusus pengajaran agama islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan DEPAG RI, 1995) hlm 140
[4]  Oemar Hamalik, proses belajar mengajar, cet, 8  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hlm 158
[5] Ibid, hlm 158-159
[6] Departemen Agama, Motivasi dan Etos Kerja,(Jakarta, Biro Kepegawaian secretariat jendral departemen Agama RI, 2004) , hlm 12
[7] Ibid hlm 15
[8] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan agama Islam Di Sekolah.  2004 ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya ) hlm  139- 141
[9] M.chabib Thoha dan Abdul Mukti,PBM di sekolah eksistensi dan proses belajar mengajar PAI(yogyakarta:pustaka belajar,1998), 95
[10]  Sumadi suryabrata,psikologi pendidikan,(jakarta: raja grafindo persada,2001), 231
[11] Ibid, 231
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), 34
       [13] Prodi PAI dan Bahasa Arab, Modul 4:Pembelajaran Berbasis PTK (Ponorogo, STAIN Press, 2008), 47.
       [14] suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitin Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 225.
       [15] Taufiq Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Tiarawacana, 1989), 7.
       [16] Prodi PAI,Modul 4 ,48.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jendela, Aku Rindu…

Jendela Magetan adalah komunitas kecil yang aku dan teman-temanku dirikan sebagai wadah untuk berbagi dalam hal membaca buku. Rasanya mau cerita agak Panjang. Tapi takut yang membaca jadi bosen. Oke lah, diringkas saja. Tahun 2017 aku merantau ke Ciputat karena berbagai macam factor, mulai dari ketidakjelasan akan masa depan, juga untuk menghindari beberapa omongan miring orang sekitar tentang mahasiswa yang lulus kuliah kok nggak segera dapat pekerjaan mapan. Kalau istilah remaja sekarang, waktu itu aku mengalami yang Namanya “Quarter Life Crisis”. Dengan merantau, aku ada di lingkungan yang baru, pengalaman baru, tentunya banyak hal baru yang didapat. Di Ciputat aku berteman dengan Mutia dan Dian yang kebetulan sangat sefrekuensi denganku. Kami sama-sama suka buku, diskusi ringan, dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang asik untuk baca. Kemudian kami mengoleksi beberapa buku Bersama. Tak hanya Mutia dan Dian, aku bertemu dengan Mbak Ria, dia juga sangat nyaman untuk diajak disk

Insyaallah, Semua akan Baik Baik Saja..

Alhamdulillah proses operasi kuret berjalan lancar dan tidak begitu sakit, alhamdulillah. Saya Dan suami sudah sedikit lega, rasanya sudah beda tidak seperti sebelumnya. Proses pra Dan pasca operasi membuat says sadar betul, betapa sayang Dan perhatian suami saya. Rasanya setiap apapun bentuk perhatian yang dia berikan ingin sekali memberi pelukan hangat kepadanya.  Dari pagi, kami bersiap menuju RS untuk kuret, suami menyiapkan semuanya. Saya hanya tinggal bersih2 diri Dan makeup. Mulai dari merebus air untuk Mandi, menyiapkan sarapan, menyeteeika pakaian, menyiapkan kendaraan, menyiapkan administrasi yang diperlukan, jadi saya terima jadi semuanya. Ya Allah, rasanya terharu sekali melihat suami begitu perhatian, sayang, dan hangat seperti saat ini, meski setiap hari juga seperri itu, tapi kali ini lebih.  Saya mencintai suami lebih dari apapun, bahkan jika ditanya apa yang membuat saya jatuh cinta dan sayang pada suami, saya sulit menjelaskan satu per satu alasannya. Karena

Bazar dan Kegembiraan Siswa

  Rasanya setiap siswa akan senang dan sumringah ketika mereka keluar dari kelas, haha hihi dengan temannya, berkunjung ke kantin, antri di toilet, dan aktivitas lain yang pokoknya di luar kelas aja. Hayo ngaku aja, yang sekarang jadi bapak ibu guru, pastinya dulu mengalami jadi siswa juga kan? Pasti seneng juga ketika sedang di luar kelas.  Begitu juga ketika kegiatan bazar berlangsung, siswa seneng luar biasa meski mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk apa yang akan dijual dan menyusun standing bazarnya.  Bazar di sekolah saya kali ini diselenggarakan untuk memeriahkan kegiatan penerimaan rapor semester ganjil oleh wali murid. Selain memeriahkan, ternyata bazar ini menjadi kegiatan yang dinanti-nantikan siswa. Bagaimana tidak, terlihat dari antusias siswa dalam bazar ini. Aneka jenis makanan dan minuman dijual oleh mereka, mulai dari kelas X hingga kelas XII. Ada yang menjual jenis makanan tradisional seperti getuk, cenil, cilok, dan ada yang menjual makanan yang sedang hits at