Langsung ke konten utama

Menjadi Kuat di Rumah Sendiri dan Mendadak Lemah di Luar Rumah, Aku Banget itu!

Setiap manusia yang terlahir di dunia yang indah ini pasti membutuhkan eksistensi dirinya untuk bisa bersosialisasi dengan mudah pada sesama manusia yang lainnya. Karena eksistensi diri merupakan sebuah syarat seseorang bisa dihargai, dihormati, disegani, dan dianggap ada. Lantas bagaimana jika seseorang sudah merasa eksis di lingkungannya, kemudian mendadak tak ada apa-apanya ketika sudah berbaur dengan orang yang semuanya baru, lingkungan baru, suasana baru, dan tugas baru? Bukankah sebelumnya dia sudah menjadi sosok luar biasa yang keberadaannya bisa dianggap penting oleh orang lain, tapi begitu nyemplung di lingkungan baru dia menjadi bukan siapa-siapa, bahkan untuk bisa dianggap ada, dilihat orang lain saja tidak. Ini adalah masalah besar bagi saya pribadi tentunya, dan saya tidak yakin akan banyak orang yang mengalami hal semacam ini.

Bersikap tidak mau berbaur dan merasa kurang percaya diri dengan kemampuan adaptasi diri kita mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Atau bisa juga karena teman baru, suasana baru, dan lingkungan barunya tersebut memberikan buanyak tekanan-tekanan baru yang jangankan untuk memikirkan eksistensi diri dan bagaimana cara berbaur dengan yang lain, untuk menyelesaikan bagaimana tugasnya bisa dikerjakan saja susah. Ini mungkin yang menjadi faktor kesulitan seseorang membangung eksistensi dirinya.

Setidaknya itu tadi yang saya rasakan. Dan saya adalah termasuk orang yang tidak begitu suka berteman dengan bergerombol, kemana-mana dengan dia terus (kecuali kalau pasangan, ini beda ya), dan kalau nggak dengan dia kita nggak mau dan nggak mau kenal. Jadi saya bersikap untuk mencoba berteman dengan siapa saja tanpa memberi porsi berbeda dengan masing-masing teman. Sebenarnya ini baik sih, tapi kelemahan saya yaitu ketika berteman dengan wajar yang keterlaluan, maksudnya saking inginnya berteman dengan siapapun, sampai tidak ada kesan akrab dengan saah satunya sehingga teman yang saya ajak bertemanpun juga kurang mersakan kehadiran saya di tengah-tengah mereka.

Tapi ini tidak terlalu menjadi masalah bagi saya, kunci hidup di lingkungan baru yaitu berbuat baiklah kepada semua orang, niscaya mereka juga akan memperlakukan kita seperti apa yang sudah kita lakukan pada mereka. Sudah ah segini aja curhatnya, semoga nanti berlanjut mau nulis lagi. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jendela, Aku Rindu…

Jendela Magetan adalah komunitas kecil yang aku dan teman-temanku dirikan sebagai wadah untuk berbagi dalam hal membaca buku. Rasanya mau cerita agak Panjang. Tapi takut yang membaca jadi bosen. Oke lah, diringkas saja. Tahun 2017 aku merantau ke Ciputat karena berbagai macam factor, mulai dari ketidakjelasan akan masa depan, juga untuk menghindari beberapa omongan miring orang sekitar tentang mahasiswa yang lulus kuliah kok nggak segera dapat pekerjaan mapan. Kalau istilah remaja sekarang, waktu itu aku mengalami yang Namanya “Quarter Life Crisis”. Dengan merantau, aku ada di lingkungan yang baru, pengalaman baru, tentunya banyak hal baru yang didapat. Di Ciputat aku berteman dengan Mutia dan Dian yang kebetulan sangat sefrekuensi denganku. Kami sama-sama suka buku, diskusi ringan, dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang asik untuk baca. Kemudian kami mengoleksi beberapa buku Bersama. Tak hanya Mutia dan Dian, aku bertemu dengan Mbak Ria, dia juga sangat nyaman untuk diajak disk

Insyaallah, Semua akan Baik Baik Saja..

Alhamdulillah proses operasi kuret berjalan lancar dan tidak begitu sakit, alhamdulillah. Saya Dan suami sudah sedikit lega, rasanya sudah beda tidak seperti sebelumnya. Proses pra Dan pasca operasi membuat says sadar betul, betapa sayang Dan perhatian suami saya. Rasanya setiap apapun bentuk perhatian yang dia berikan ingin sekali memberi pelukan hangat kepadanya.  Dari pagi, kami bersiap menuju RS untuk kuret, suami menyiapkan semuanya. Saya hanya tinggal bersih2 diri Dan makeup. Mulai dari merebus air untuk Mandi, menyiapkan sarapan, menyeteeika pakaian, menyiapkan kendaraan, menyiapkan administrasi yang diperlukan, jadi saya terima jadi semuanya. Ya Allah, rasanya terharu sekali melihat suami begitu perhatian, sayang, dan hangat seperti saat ini, meski setiap hari juga seperri itu, tapi kali ini lebih.  Saya mencintai suami lebih dari apapun, bahkan jika ditanya apa yang membuat saya jatuh cinta dan sayang pada suami, saya sulit menjelaskan satu per satu alasannya. Karena

Bazar dan Kegembiraan Siswa

  Rasanya setiap siswa akan senang dan sumringah ketika mereka keluar dari kelas, haha hihi dengan temannya, berkunjung ke kantin, antri di toilet, dan aktivitas lain yang pokoknya di luar kelas aja. Hayo ngaku aja, yang sekarang jadi bapak ibu guru, pastinya dulu mengalami jadi siswa juga kan? Pasti seneng juga ketika sedang di luar kelas.  Begitu juga ketika kegiatan bazar berlangsung, siswa seneng luar biasa meski mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk apa yang akan dijual dan menyusun standing bazarnya.  Bazar di sekolah saya kali ini diselenggarakan untuk memeriahkan kegiatan penerimaan rapor semester ganjil oleh wali murid. Selain memeriahkan, ternyata bazar ini menjadi kegiatan yang dinanti-nantikan siswa. Bagaimana tidak, terlihat dari antusias siswa dalam bazar ini. Aneka jenis makanan dan minuman dijual oleh mereka, mulai dari kelas X hingga kelas XII. Ada yang menjual jenis makanan tradisional seperti getuk, cenil, cilok, dan ada yang menjual makanan yang sedang hits at