Langsung ke konten utama

Penting Nggak Penting, Baca Aja Dulu


Penting Nggak Penting 😁

Seperti biasanya, setiap seminggu sekali aku menyempatkan untuk mengosongkan 1 jam waktu luangku guna mencuci beberapa tumpukan pakaian kotorku. Kali ini lumayan banyak. Entah kenapa, apa karena curah hujan yang semakin tinggi sehingga aku lebih sering berganti pakaian. Entahlah, hanya aku dan hatiku yang tahu. Wkwkwk..

Dengan malas ku bawa sekeranjang penuh baju kotor tersebut ke tempat cuci manual di samping kamar mandi. Hari sudah lumayan siang, hingga udara juga semakin panas. Terik matahari makin menyengat, untung tempat mencuci teduh, adem, dan sejuk seperti senyuman Mas itu. Hahaha..

Tak perlu direndam, karena akan memakan waktu lebih lama jika harus direndam sedang aku khawatir jika tak kebagian panas matahari siang ini. Ku tuang 1,5 sendok detergen hingga busanya melimpah. 

Di tengah asiknya mengucek pakaian, tiba-tiba aku teringat akan trik mencuci dengan rapi ala sahabat KPM ketika kuliah. Jadi ketika tugas KPM di salah satu desa terpencil di Ponorogo, aku diajari trik mencuci dengan rapi tanpa perlu disetrika lagi oleh sahabat satu kelompokku. Semoga saja dia baca dan ingat akan ini. 

Jadi setelah baju dikucek, dibilas, dan diperas, kemudian dikibas-kibas dengan kuat sampai kainnya jangan saling terlipat dan lengket. Yang mengakibatkan baju kucel setelah dicuci katanya itu, tidak dikibas dengan kuat setelah diperas. Kemudian pakaian dilipat seperti ketika melipat pakaian yang sudah kering, hal tersebut dilakukan jika jarak tempat jemuran dan mencuci jauh hingga tidak memungkinkan setelah dikibas langsung jemur. Dan kamipun (aku dan temanku) melakukannya, pakaian basah itu ku lipat satu per satu seperti pakaian yang sudah kering kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam karena kebetulan jarak tempat cuci dengan rumah tempat nginap (basecamp) kami jauh, harus naik motor dulu. 

Sekilas memang aneh, masa iya cucian basah harus dilipat sedemikian rupa. Karena penasaram dengan hasilnya, ya sudah aku ikuti saja. 

Setelah sampai di basecamp, kami berdua langsung menuju tempat jemuran. Dan temanku pun menyampaikan step selanjutnya.

"Tet, jangan langsung dijemur sembarangan. Harus hati-hati, dikibaskan seperti tadi dulu sambil memastikan tidak ada yang saling nempel dan lecek. Jangan diperas lho, kalau sudah langsung jemur pakai hanger." 

"Owalah, siaappp!"

Iya, aku dipanggil Tet sama teman-teman KPM. Tet itu kepanjangan dari Sutet. Kenapa dipanggil Sutet? Aku sendiri juga bingung, karena panggilan itu muncul dengan sendirinya di lingkungan kos an dan terbawa sampai lingkungan kampus hingga pas KPM. Kemudian dia temanku itu memperindah panggilan Sutet menjadi Tetty. Di kos an dulu temanku ada yang namanya Gimbol, Gemblong dan Lek Yati. Nama yang kami ciptakan sendiri agar lebih akrab dan itu terbawa hingga kampus, meski ada salah satu dari kami yang sedikit marah jika dipanggil dengan panggilan tidak nggenah tersebut. Hahaha.

Kembali lagi pada trik mencuci tanpa perlu diaetrika setelahnya. Ternyata tidak berhenti sampai ketika pakaian dijemur, setelah kering pun masih ada kelanjutannya. Yaitu baju langsung dilipat dengan rapi kemudian taruh bawah bantal dan tindihkan kepala ketika tidur ke tumpukan pakaian dan bantal tadi. Asal jangan pakaian diletakkan di atas bantal kemudian ditiduri ya, karena nantinya baju akan ternodai oleh cairan liar dari mulut ketika mimpi indah, dan mubadzir to nyuci dengan segala riweuhnya tadi. 

"Tul, emang trik kayak gini dapat dari mana? Ada pelatihannya jangan-jangan?" Tanyaku penasaran.

"Dari senior di pondok, Tetty." 

Memang dia santri kaffah yang mondok dari MTs sampai kuliah masih mengabdikan diri di pondoknya. Jangankan soal cuci mencuci, babagan bersih-bersih, ngepel, cupir pun dia punya trik khususnya. Tapi tidak akan aku jelaskan di sini, capek. 

Tak terasa, cucianku sekarang sudah kering dan aku merasa durhaka kepada sahabatku itu karena tidak mengamalkan apa yang diajarkannya. Maaf ya,Tul. Aku nggak sabaran orangnya. Tapi ilmu yang dia beri selalu teringat ketika aku mencuci. Dan nanti akan aku wariskan kepada anak cucu kelak. Hahaha..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jendela, Aku Rindu…

Jendela Magetan adalah komunitas kecil yang aku dan teman-temanku dirikan sebagai wadah untuk berbagi dalam hal membaca buku. Rasanya mau cerita agak Panjang. Tapi takut yang membaca jadi bosen. Oke lah, diringkas saja. Tahun 2017 aku merantau ke Ciputat karena berbagai macam factor, mulai dari ketidakjelasan akan masa depan, juga untuk menghindari beberapa omongan miring orang sekitar tentang mahasiswa yang lulus kuliah kok nggak segera dapat pekerjaan mapan. Kalau istilah remaja sekarang, waktu itu aku mengalami yang Namanya “Quarter Life Crisis”. Dengan merantau, aku ada di lingkungan yang baru, pengalaman baru, tentunya banyak hal baru yang didapat. Di Ciputat aku berteman dengan Mutia dan Dian yang kebetulan sangat sefrekuensi denganku. Kami sama-sama suka buku, diskusi ringan, dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang asik untuk baca. Kemudian kami mengoleksi beberapa buku Bersama. Tak hanya Mutia dan Dian, aku bertemu dengan Mbak Ria, dia juga sangat nyaman untuk diajak disk

Insyaallah, Semua akan Baik Baik Saja..

Alhamdulillah proses operasi kuret berjalan lancar dan tidak begitu sakit, alhamdulillah. Saya Dan suami sudah sedikit lega, rasanya sudah beda tidak seperti sebelumnya. Proses pra Dan pasca operasi membuat says sadar betul, betapa sayang Dan perhatian suami saya. Rasanya setiap apapun bentuk perhatian yang dia berikan ingin sekali memberi pelukan hangat kepadanya.  Dari pagi, kami bersiap menuju RS untuk kuret, suami menyiapkan semuanya. Saya hanya tinggal bersih2 diri Dan makeup. Mulai dari merebus air untuk Mandi, menyiapkan sarapan, menyeteeika pakaian, menyiapkan kendaraan, menyiapkan administrasi yang diperlukan, jadi saya terima jadi semuanya. Ya Allah, rasanya terharu sekali melihat suami begitu perhatian, sayang, dan hangat seperti saat ini, meski setiap hari juga seperri itu, tapi kali ini lebih.  Saya mencintai suami lebih dari apapun, bahkan jika ditanya apa yang membuat saya jatuh cinta dan sayang pada suami, saya sulit menjelaskan satu per satu alasannya. Karena

Bazar dan Kegembiraan Siswa

  Rasanya setiap siswa akan senang dan sumringah ketika mereka keluar dari kelas, haha hihi dengan temannya, berkunjung ke kantin, antri di toilet, dan aktivitas lain yang pokoknya di luar kelas aja. Hayo ngaku aja, yang sekarang jadi bapak ibu guru, pastinya dulu mengalami jadi siswa juga kan? Pasti seneng juga ketika sedang di luar kelas.  Begitu juga ketika kegiatan bazar berlangsung, siswa seneng luar biasa meski mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk apa yang akan dijual dan menyusun standing bazarnya.  Bazar di sekolah saya kali ini diselenggarakan untuk memeriahkan kegiatan penerimaan rapor semester ganjil oleh wali murid. Selain memeriahkan, ternyata bazar ini menjadi kegiatan yang dinanti-nantikan siswa. Bagaimana tidak, terlihat dari antusias siswa dalam bazar ini. Aneka jenis makanan dan minuman dijual oleh mereka, mulai dari kelas X hingga kelas XII. Ada yang menjual jenis makanan tradisional seperti getuk, cenil, cilok, dan ada yang menjual makanan yang sedang hits at