Beberapa hari yang lalu dan sampai sekarang Ibuk memandatkan urusan dapur kepada saya, anak perempuan satu-satunya. Mungkin Ibuk sedikit khawatir, karena anak perempuan di rumah kok nggak pernah masak, mentok cuma bantu iris-iris bumbu dan cuci piring, takutnya saya nggak bisa masak. Hingga muncullah ide penyerahan mandat tersebut.
Bukan apa-apa, kalau urusan masak memasak insyaallah bisa lah, tapi kalau harus ke pasar memang yang saya beli harganya beda dengan Ibuk, lebih mahal tentunya. Karena kalau urusan negosiasi harga sayur saya tidak expert, bahkan antre di tukang sayurnya pun sering disrobot mamah-mamah milenials. Itu juga membuat nyali saya ciut kalau harus beli sayur di pasar lebih dulu. Wkwkwk
Hari pertama saya masak sayur tahu bumbu kuning gitu, namanya apa lupa, pokoknya bersantan. Ketika jam makan siang tiba (sok sok an makan siang,hehe) Ibuk Bapak makan dengan lahap. Dalam hati, "Wah pasti ini enak masakanku." Kemudian inisiatif nanya ke Ibuk.
"Buk, enak kan sayurnya?"
"Enaklah, lha wong bumbunya banyak gitu."
"Hahahaha, udah Buk, bilang aja sayurnya enak. Nggak usah pake alasan bumbu banyak."
Kemudian kami tertawa bareng.
Kemudian Ibuk nanya kenapa saya nggak pernah masak kalau di rumah. Alasan saya karena saya nggak pernah menerima mandat untuk masak secara langsung. Sudah ada yang masak, mending saya mengerjakan pekerjaan lain (meski seringnya facebookan mulu).
Mengetahui alasan saya, Ibuk mulai meminta saya bertanggungjawab penuh atas konsumsi keluarga selama beberapa hari. Sebagai anak perempuan yang sudah siap menikah, eh memasak maksudnya, saya iyakan permintaan Ibuk tanpa pikir panjang.
Hari kedua saya memasak orek wortel campur tahu tempe, menu masakan andalan saya dari masa ke masa. Jangan ditanya soal rasa kalau memasak orek wortel, saya sudah benar-benar menguasai medan untuk masak itu. Alhamdulillah ketika Ibuk pulang dari dinas hariannya (bertani) beliau cukup menyukai menu masakan saya. Hahahaha, semoga ndak terpaksa.
Berkali-kali Ibuk menceritakan ke tetangga perihal masakan saya yang katanya uenak dibanding masakan Ibuk saya sendiri. Saya nggak tahu ini untuk memotivasi saya biar lebih rajin lagi masaknya atau memberi kode ke tetangga kalau anaknya sudah pantes dijadikan mantu. Wkwkwkwk.
Untuk hari ketiga saya lupa masak apa, dan begitu juga hari selanjutnya. Karena tulisan ini saya tulis awal Maret kemarin, tapi belum sampai selesai dan saya lanjutkan menulis tanggal 30 Maret. Jadi mohon maklum jika sudah lupa beberapa kejadian yang kemarin.
Semoga bisa istikomah memasak tanpa perlu menerima mandat alias disuruh. Jika ingin menjadi menantu idaman kan ya harus rajin masaque... đŸ˜‚
Komentar
Posting Komentar