Namanya manusia memang tak pernah merasa cukup dengan apa yang dilakoninya, punya kesibukan kerja katanya capek, bosan, eh giliran diberi kesempatan menganggur ngeluh bosanlah, nggak ada duitlah, stresslah. Lantas maunya apa? Masih dalam masa berjuang mbok ya jangan suka sambat, ntar kalau sudah punya bisnis setingkat Unicorn yang valuasinya 1 miliar boleh deh leha-leha sambil ongkang-ongkang kaki. Kalau masih proses merintis karir demi memikat calon mertua ya harus semangat kurangi sambat dan jangan tinggalkan sholat.
Ini pengalaman pribadi, bukan hasil observasi dari pengalaman orang lain yaa...
Semenjak resign dari tempat kerja sebelumnya, terhitung non aktif mulai tanggal 20 November 2018, sampai sekarang saya masih menganggur, meski menganggur dalam kondisi bahagia dan berlimpah rasa syukur. Tapi tak menutup kemungkinan bahwasanya saya rentan mengalami stress dan kegalauan berkepanjangan. Jika dihitung, saya sudah 3 bulan menjadi sosok pengangguran, dan itu bukan waktu yang sebentar, karena ada 90 hari dan jika dikonversikan ke dalam satuan jam maka ada 2.160 jam, kalau dimanfaatkan untuk menjalin hubungan ini sudah dalam tahap khitbah, hehehe sayang, belum ada yang mau menjalin hubungan dengan saya.
Berbekal uang tabungan yang tidak banyak, tanpa pemasukan sedikitpun, sementara pengeluaran ajeg tiap bulannya, apalagi belum ditambah contingent expense yang justeru nominalnya selalu lebih banyak daripada pengeluaran yang ajeg tadi, membuat saya yang selalu harap-harap cemas bahkan sering stress mendadak. Masalah finansial merupakan masalah terbesar bagi sosok pengangguran milenial, bayangkan saja kalau sampai kehabisan uang, tidak mampu beli paketan, sementara postingan mantan selalu terbayang, lambe turah selalu mempublikasi kemampuan canggih hengpon jadulnya, ibook retnohening tak libur posting foto cute Kirana dan Rumaysa, ahhhh...rasanya dunia mau kiamat saja kalau tak ada paketan internet.
Berbekal uang tabungan yang tidak banyak, tanpa pemasukan sedikitpun, sementara pengeluaran ajeg tiap bulannya, apalagi belum ditambah contingent expense yang justeru nominalnya selalu lebih banyak daripada pengeluaran yang ajeg tadi, membuat saya yang selalu harap-harap cemas bahkan sering stress mendadak. Masalah finansial merupakan masalah terbesar bagi sosok pengangguran milenial, bayangkan saja kalau sampai kehabisan uang, tidak mampu beli paketan, sementara postingan mantan selalu terbayang, lambe turah selalu mempublikasi kemampuan canggih hengpon jadulnya, ibook retnohening tak libur posting foto cute Kirana dan Rumaysa, ahhhh...rasanya dunia mau kiamat saja kalau tak ada paketan internet.
Selain masalah finansial, sayapun sering stress berkepanjangan gegara lontang-lantung tidak jelas tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Kesibukan di rumah yang hanya duduk, diam, baca timeline media sosial, tidur, makan, baca buku serta menunggu sapaan teman yang dianggap spesial padahal dicampakkan, membuat saya merasa tidak berguna. Sering saya curhat kesana kemari prihal keresahan saya ini, dan lagi-lagi jawaban teman kebanyakan adalah "Sabar, tinggal nunggu beberapa hari lagi. Nanti akan sibuk pada masanya, nikmati saja dulu." Berlaku sabar tak semudah mengetik kata S A B A R pakai keyboard, faktanya saya sudah mencoba untuk bersabar dan mencoba menyibukkan diri, tapi masih saja suka berangan-angan akan hal yang seharusnya tidak diangankan dan saya rasa itu karena tak adanya kesibukan yang saya kerjakan.
Jadi jangan heran jika saya akhir-akhir ini lebih agresif di media sosial, update story whatsapp sehari bisa sampai 20 kali, itu belum yang saya hapus hapusin, update status facebook bisa rutin setiap hari, membalas chat whatsapp bisa dalam waktu semenit sejak chat masuk karena henpon nggak pernah lepas dari genggaman. Kemudian sampai pada sebuah titik dimana saya merasa sangat alay dan tidak bermanfaat, hingga saya memutuskan untuk tidak mengupload atau memposting apapun di story whatsapp dalam waktu seminggu, terhitung dari tanggal 22 Februari kemarin. Sampai pada hari ketiga sih aman, alhamdulillah, meski jari sudah gatel pengen posting.
Sampai pada saat ini kegelisahan saya hanya itu tadi, finansial dan kurangnya kesibukan. Tapi dari semua ini saya bisa mengambil hikmah dimana saya menjadi sosok yang lebih irit dari sebelumnya, lebih banyak membaca (entah membaca status Facebok, caption IG atau baca buku) dan juga belajar lebih perhatian kepada teman-teman media sosial saya. Biar bagaimanapun, ini semua saya alami karena kurangnya rasa syukur saya kepada nikmat yang diberikan Allah SWT, padahal masih banyak di luar sana yang sibuk bekerja hingga sering sambat capek. Bersyukurlah dengan apapun keadaan kalian dengan cara memanfaatkan waktu untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
Semoga bermanfaat dan bisa dijadikan motivasi. Hahahaha
#30haribercerita
#harike-5
Sabar nikmati prosesnya..
BalasHapusNanti kalo sudah sibuk pasti keluhannya lain lagi 😂😂
Haahahha...
HapusKira2 sambat seperti apa nanti klo sudah sibuk? 😆