Langsung ke konten utama

Kalah Giveaway Bikin Trauma

Ini sudah ketujuh kalinya saya menulis secara beruntun tiap hari, meski kemarin sempat libur gara-gara belum tahu mau nulis apa dan sekarang saya harus nulis 2 judul. Ada sedikit kepuasan karena bisa curhat sambil belajar nulis, tapi kadang juga malu dan khawatir. Malu karena apakah dengan ini saya sedang mengumbar beberapa aib saya untuk dibaca orang banyak, jangan-jangan tulisan saya ini tidak layak untuk dikonsumsi publik dan khawatir karena jangan-jangan ada yang beranggapan "Ah, tulisan biasa banget kayak gini kok beraninya nge-share di Facebook untuk minta dibaca orang lain." Hahaha. Pasti ada lah ya yang berpikiran seperti itu.

Kemudian saya pikirkan lagi tujuan awal saya untuk aktif menulis di blog, yaitu untuk melatih kemampuan menulis serta mengusir kejenuhan karena masih berstatuskan pengangguran. Dua hal tersebut bukanlah hal yang negatif, jadi kekhawatiran dan kemaluan (eh, kok kemaluan, harusnya apa sih?) yang tadi terlintas di benak harus saya hempas jauh-jauh seperti apa kata Syahrini yang sebentar lagi nikah sama Om Barack mantannya Luna Maya. Dan kenapa harus dishare si Facebook atau di sosmed lainnya, ya karena ingin dapat feedback pembaca, agar saya bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan saya.

Maaf, basa-basinya kepanjangan, saya memang sukanya begitu. Karena terlalu sering dijadikan tempat berbasa-basi hingga tak bisa membedakan kapan dia basa-basi dan kapan dia serius. Yaudahlahyaa...

Jadi begini, 2 hari yang lalu saya ikutan 2 program giveaway sebuah toko buku online. Bisa ditebak dong kalau hadiahnya pasti juga buku dan kebetulan saya sedang berminat dengan dunia perbukuan. Tanpa pikir panjang saya mengikutinya dengan harapan siapa tahu beruntung dan dapat paket buku geratiissss. Perempuan memang paling lemah dengan yang namanya gratisan. Eh, lebih tepatnya pengangguran sih. Haha.

Giveaway, seperti yang kita semua ketahui adalah salah satu cara untuk menambah jutaan followers pada akun Instagram yang digunakan untuk keperluan bisnis. Selain itu giveaway juga dinilai mampu meningkatkan penjualan produknya karena telah membagikan sampel produk untuk pemenang giveaway. Manfaat lain dari giveaway bisa ditelusuri sendiri di google ya. 

Karena kebanyakan akun yang saya follow adalah akun olshop, maka tak heran jika tawaran giveaway begitu banyak berseliweran. Awalnya saya tidak pernah tertarik untuk ikut mencoba peruntungan melalui giveaway, karena saya tahu dari ribuan bahkan puluh ribuan peserta yang ikut hanya 2 pemenang terpilih. Itu artinya kesempatan saya menang sangat kecil, bahkan saya sering berhusnuzan kalau sebenarnya giveaway seperti ini hanya formalitas belaka, sebenarnya si penyelenggara sudah punya pemenangnya tanpa giveaway-pun. Tapi setelah tahu ada beberapa teman saya yang beruntung dan mendapat hadiah, saya mulai tertarik dan berminat untuk ikutan. Toh syaratnya juga gampang, hanya diminta untuk ngefollow akun IG nya serta menandai 3 temannya di kolom komentar. Sebuah syarat yang tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan usaha untuk bisa berpartisipasi. 

Jika sebelumnya saya sering mendapati akun saya ditandai banyak teman di postingan giveaway yang mereka ikuti, sekarang gantian saya yang menandai mereka. Semoga mereka tidak kzl dan mau berbesar hati menerima banyak notif yang dikiranya dari gebetan ternyata cuma notif disebut dalam komentar giveaway. Maaf ya. Saya harap mereka tidak berhudnuzan pada saya. Harusnya mereka sangat berterimakasih karena ketika nama mereka saya sebut satu persatu, itu artinya mereka adalah teman terdekat sehingga saya selalu mengingat nama akun mereka. Pemilihan pemenang dilakukan secara acak oleh penyelenggara, jadi kemungkinan menang lebih besar jika kita memberikan lebih banyak komentar. Dan itupun juga saya lakukan, namanya orang berharap menang, usaha apa saja insyaallah dijabanin. 

Esoknya, pengumuman pemenang diumumkan jam 7 malam. Setelah lewat jam 7 malam, saya cari tahu info pemenangnya yang ternyata sudah diumumkan 15 menit sebelumnya. Mendapati pemenangnya adalah bukan saya, hati saya begitu bergemuruh, kecewa banget. "Yah, belum rejeki. Beruntung banget pemenangnya dapat paket buku senilai 1.000.000." Begitu kata hati saya saat itu. Kemudian ada suara lain yang menyemangati, "Tenang, Tin. Masih ada 1 giveaway lagi yang belum diumumkan."

Dengan tidak sabar, saya mencoba cek di postingan penyelenggara giveaway satunya, ternyata belum diumumkan. Bangun tidur, tepatnya sebelum menulis tulisan ini saya iseng cek pengumuman, dan ternyata masih belum beruntung juga. Dua giveaway yang saya ikuti belum mendatangkan rejeki. Kecewa pasti iya, hingga punya pikiran tidak mau lagi ikutan giveaway. Karena usaha ikutan giveaway tak sebanding dengan kecewa yang didapat ketika kalah. Tapi ketika menang juga begitu, usaha tak sebanding dengan kemenangan yang didapat. 

Awalnya saya kira giveaway adalah salah satu contoh aplikasi teori simbiosis mutualisme, setelah kalah begini saya merasa banyak dirugikan, jadinya bukan mutualisme tapi parasitisme karena merugikan salah satu pihak meski kerugiannya tidak secara materi. 

Trauma?? Mungkin iya. Tapi biasanya trauma saya tak begitu berkepanjangan, nanti kalau mood bagus biasanya sembuh dengan sendirinya. 

Pesan moral yang dapat diambil dari kisah menyedihkan ini adalah "jangan terlalu berharap lebih kepada sesuatu/seseorang yang sebenarnya kita tahu kemungkinan memenangkannya adalah sangat kecil." Sebaik-baik tempat untuk berharap adalah kepada Allah SWT, bukan yang lain. 

Sekian curhatan unfaedah saya..

#30haribercerita
#harike-8

Komentar

  1. Siiipppp
    Jangan pernah berharap kepada manusia yang sifatnya tidak abadi.
    Tapi berharaplah kepada Sang Pencipta yang Abadi 😊😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru tau lebih detailnya manfaat giveaway mbak selain kalo menang dapat hadiah😁

      Hapus
    2. Oiya to Mbak, hehehe...
      Tapi bikin kecewa mbak kalo nggak menang. Sakit rasanya. Hahahaha

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jendela, Aku Rindu…

Jendela Magetan adalah komunitas kecil yang aku dan teman-temanku dirikan sebagai wadah untuk berbagi dalam hal membaca buku. Rasanya mau cerita agak Panjang. Tapi takut yang membaca jadi bosen. Oke lah, diringkas saja. Tahun 2017 aku merantau ke Ciputat karena berbagai macam factor, mulai dari ketidakjelasan akan masa depan, juga untuk menghindari beberapa omongan miring orang sekitar tentang mahasiswa yang lulus kuliah kok nggak segera dapat pekerjaan mapan. Kalau istilah remaja sekarang, waktu itu aku mengalami yang Namanya “Quarter Life Crisis”. Dengan merantau, aku ada di lingkungan yang baru, pengalaman baru, tentunya banyak hal baru yang didapat. Di Ciputat aku berteman dengan Mutia dan Dian yang kebetulan sangat sefrekuensi denganku. Kami sama-sama suka buku, diskusi ringan, dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang asik untuk baca. Kemudian kami mengoleksi beberapa buku Bersama. Tak hanya Mutia dan Dian, aku bertemu dengan Mbak Ria, dia juga sangat nyaman untuk diajak disk

Insyaallah, Semua akan Baik Baik Saja..

Alhamdulillah proses operasi kuret berjalan lancar dan tidak begitu sakit, alhamdulillah. Saya Dan suami sudah sedikit lega, rasanya sudah beda tidak seperti sebelumnya. Proses pra Dan pasca operasi membuat says sadar betul, betapa sayang Dan perhatian suami saya. Rasanya setiap apapun bentuk perhatian yang dia berikan ingin sekali memberi pelukan hangat kepadanya.  Dari pagi, kami bersiap menuju RS untuk kuret, suami menyiapkan semuanya. Saya hanya tinggal bersih2 diri Dan makeup. Mulai dari merebus air untuk Mandi, menyiapkan sarapan, menyeteeika pakaian, menyiapkan kendaraan, menyiapkan administrasi yang diperlukan, jadi saya terima jadi semuanya. Ya Allah, rasanya terharu sekali melihat suami begitu perhatian, sayang, dan hangat seperti saat ini, meski setiap hari juga seperri itu, tapi kali ini lebih.  Saya mencintai suami lebih dari apapun, bahkan jika ditanya apa yang membuat saya jatuh cinta dan sayang pada suami, saya sulit menjelaskan satu per satu alasannya. Karena

Bazar dan Kegembiraan Siswa

  Rasanya setiap siswa akan senang dan sumringah ketika mereka keluar dari kelas, haha hihi dengan temannya, berkunjung ke kantin, antri di toilet, dan aktivitas lain yang pokoknya di luar kelas aja. Hayo ngaku aja, yang sekarang jadi bapak ibu guru, pastinya dulu mengalami jadi siswa juga kan? Pasti seneng juga ketika sedang di luar kelas.  Begitu juga ketika kegiatan bazar berlangsung, siswa seneng luar biasa meski mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk apa yang akan dijual dan menyusun standing bazarnya.  Bazar di sekolah saya kali ini diselenggarakan untuk memeriahkan kegiatan penerimaan rapor semester ganjil oleh wali murid. Selain memeriahkan, ternyata bazar ini menjadi kegiatan yang dinanti-nantikan siswa. Bagaimana tidak, terlihat dari antusias siswa dalam bazar ini. Aneka jenis makanan dan minuman dijual oleh mereka, mulai dari kelas X hingga kelas XII. Ada yang menjual jenis makanan tradisional seperti getuk, cenil, cilok, dan ada yang menjual makanan yang sedang hits at