Tetiba aku merasa begitu merindukan suasana malam di Ciputat, meski ada beberapa kenangan di sana yang tidak terlalu aku suka dan selalu ingin lupa saja. Setiap malam, kalau aku masuk kerja di shift pagi, malamnya pasti sibuk mikir "Malam ini mau makan apa ya?" Padahal pilihannya nggak banyak, cuma ada nasi goreng, pecel ayam/lele, ketoprak, nasi uduk, atau soto mie. Tidak jarang aku lebih memilih untuk tidak makan saja karena malas keluar, kecuali ada yang ngajak beli makan, baik oleh Dian (sahabat kos yang kamarnya sebelahan dengan kamarku) atau oleh Mutia (sahabat dari mulai datang di Ciputat yang rumahnya nggak jauh dari kosan ku). Baiklah, di tengah beberapa kenangan di Ciputat yang selalu ingin kulupakan, ada kenangan bersama mereka berdua yang selalu aku pertahankan dan aku kenang selamanya. Aku akan bercerita tentang mereka berdua, dimulai dari Mutia kemudian Dian.
- Mutia
Aku mulai mengenal Mutia sejak pertama kali datang di Ciputat, dikenalkan oleh sahabat baikku, Aini. Karena Mutia adalah sepupu Aini yang rumahnya bersebelahan. Dia selisih umurnya lumayan banyak sama aku (kelihatan udah tua banget ya, hahhahaha), yaitu selisih 6 tahun. Dari pertama kali bertemu, aku udah ngerasa banyak kecocokan dengan Mutia. Kita suka membicarakan buku, suka bahasa Inggris, suka membicarakan apa yang sedang tranding di media, dan juga tentang pendidikan. Dalam bergaul, aku bukanlah tipikal yang memilih hanya berteman dengan yang cocok sebenarnya, dengan siapapun aku mencoba untuk bisa dekat dan berteman baik. Beda cerita jika seseorang yang aku ajak berteman tapi malah kurang respect padaku, kalau begitu biasanya aku akan menjauh.Jadi bukan alasan utama jika banyak kecocokan ku dengan Mutia yang menjadikan kami berteman dan bersahabat bahkan sudah seperti saudara. Alasanku betah dengan Mutia adalah karena pribadi Mutia, dia anak yang sangat baik, baiknya sudah nggak bisa dijelaskan, baik banget, kemudian dia juga sangat perhatian, selalu menjadi pendengar dan penutur yang baik dan selalu terbuka jika sudah mengenal baik seseorang.
Kami sering menghabiskan waktu berdua ketika libur kerja. Biasanya kami pergi ke sebuah mall di Bintaro hanya untuk mengunjungi Gramedia (sok kutu buku banget). Karena aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, sendirian, tanpa ada keluarga yang bisa diajak bicara, aku memutuskan untuk berteman dengan buku ketika di Ciputat. Dan juga demi menjaga agar tidak lupa dengan apa yang aku pelajari di sekolah dan di kuliah. Kebetulan Mutia juga suka mengoleksi buku, jadi kami sudah tak terhitung pergi berdua ke Gramedia berapa kali, bahkan sampai Mutia bikin member card Gramedia.
Mutia juga hampir setiap weekend dalam setahun aku ngekos, dia selalu menemaniku dengan menginap di kamarku meski kami hanya tidur beralaskan kasur lantai yang tak terlalu empuk itu. Kalaupun absen, dia selalu menyampaikan alasannya, "Mbak maaf ya malam ini aku nggak nginep. Soalnya....". Begitu saja dia, Ya Allah aku inget ini terharu banget. Apa aku bilang, Mutia itu baiknya luar biasa ya Allah. Di saat kami tidur berdua, tak jarang kami selalu bertukar masalah. Meski umur kami terpaut jauh, aku selalu nyaman curhat pada Mutia.
Hal lain yang membuat aku betah dengan Mutia yaitu dia selalu update hal-hal kekinian ala anak Jaksel. Hahaha.. Dalam dunia medsos, dia sering cerita tentang sosok yang dia kagumi seperti Gita Savitri, Andika Wira, dan juga Dovi dan Jovi (The Indonesian Skecth Comedy on Youtube). Apa yang Mutia suka kebetulan aku juga suka. Karena selera kita sama mungkin ya. Seperti ketika saya suka dengan buku karya Gus Nadir, tak lama kemudian Mutia juga suka. Selain itu, Mutia juga menjadi teman sharing dalam belanja, terutama belanja untuk kebutuhan style. Setiap akan memilih baju, celana, atau jilbab yang hendak kubeli, lebih enak sharing dulu sama Mutia kira-kira bagus dan cocok nggak, karena aku akui selera dia dalam dunia busana bagus. Tapi jangan ajak Mutia beli di pasar yang harus ada transaksi tawar menawar, karena ketika nawar Mutia suka ngasih nawar dengan harga yang masih terbilang mahal. Hahahahha...
Sudah sampai di sini dulu dengan Mutia, masih ada banyak hal yang ingin aku tulis tentang Mutia, tapi nanti jadi terlalu panjang. Yang di atas sudah cukup mewakili cerita pertemananku dengan Mutia, insyaallah.
- Dian
Aku kenal dian semenjak ngekos di kos an Mamanya Viki. Dia sudah lebih dulu menempati kosannya, dan sempat pindah ke kosan lain dengan Bu Lik nya. Tapi karena kosan Mama Viki sudah direnovasi akhirnya Dian dan Bu Liknya pindah ke kosan Mama Viki lagi, dan di situlah kami bertemu dan berkenalan. Kesan pertama kenal Dian, dia terlihat agak cuek, cantik, dan suka menyendiri di kamar. Tapi pas udah kenal dekat, dia orangnya supel banget, kalau sudah ngobrol nggak ada habisnya, dan kita sama-sama doyan jajan.
Aku dan Dian banyak kesamaan, kami sama-sama perantau, berjuang sendiri di Jakarta, suka rindu kampung halaman, suka jalan-jalan dan suka saling curhat tanpa merasa malu atau sungkan meski baru kenal. Sejak mengenal Dian, aku jadi sering bermain ke luar dan lebih sering naik busway. Sebelumnya aku jarang banget main ke luar yang agak jauh, misal ke Monas, Istiqlal, Perpusnas (memang ketiganya masih satu kawasan), dan paling jauh lagi yaitu Bogor. Hal itu dikarenakan pengalaman berpetualang Dian yang sudah jauh lebih mumpuni dibanding aku, hahaha. Aku yang sebelumnya kuper, nggak tahu manapun, naik busway sendirian nggak berani, karena kenal Dian, aku jadi lebih tahu Jakarta seperti apa. Dan juga aku menjadi tahu bagaimana rasanya lari pagi mengelilingi danau Situ Gintung, hahhhaa.
Mengenal Dian, aku jadi lebih semangat kerja dan bertahan untuk merantau di Ciputat. Karena aku sangat tahu dia adalah sosok yang sangat semangat, berani, dan sudah banyak pengalaman hidup di Jakarta. Sudah banyak hal yang aku keluh kesahkan pada dia, entah itu masalah kerjaan, keluarga, dan perasaan pribadiku yang masih sering kurang nyaman di perantauan. Aku sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung dipertemukan dengan Dian, karena dia telah menjadi pendengar yang baik. Karena terkadang orang yang punya masalah, sebenarnya dia tahu solusinya bagaimana, dan hanya butuh sosok pendengar baik yang mampu mendengar keluh kesahnya. Memang Allah SWT sangat Maha Adil, di saat ada hambaNya yang sepertinya merasa terhimpit oleh keadaan, dikirimnya orang-orang baik hati yang mampu memberi sedikit ruang agar hambaNya tersebut bisa sedikit bertahan, dan yang dikirim itu adalah Dian. Terima kasih banget ya, Yan.
Umurnya masih sangat muda, kira-kira selisih 3/4 tahun dariku, tapi dia cukup dewasa dalam menyikapi masalah. Aku sering berkeluh tentang kangen kampung halaman dan sangat ingin pulang untuk tidak kembali lagi, ternyata dia juga punya keinginan yang sama saat itu. Hingga akhirnya aku sampai pada satu keputusan di mana aku harus pulang dan resign dari tempat kerja. Karena kami satu kos an, soal makan malam atau beli sarapan kami sering beli berdua. Membeli siomay tengah malam juga sering. Hahaha..
Demikian cerita tentang Mutia dan Dian, kami bertiga punya banyak kenangan. Menghabiskan malam hanya untuk diskusi-diskusi nggak jelas, sok sok an ngomong politik kadang, bikin samyang challenge yang ujungnya sakit perut semua, makan ceker sidenok sampe habis tanpa sisa, ke perpusnas demi menghadiri acara Wallacea, ngemall bareng di Citos, dan yang terakhir berwisata ke Kebun Raya Bogor. Ahh... so sweet sekali ya kenangan kita bertiga. Semkga nanti aku ada rejeki dan ada kesempatan untuk kembali mengunjungi Sandratex sebelum menikah. Aamiin... (Kayak udah mau nikah aja, padahal calon belom ada) wkwkwk..
Terima kasih banyak atas support yang sudah kalian berikan, untuk persahabatan yang sudah seperti saudara, dan masih menjadi sahabat yang nyaman meski kita berjauhan, dan masih suka curhat sampai sekarang, terima kasiiihhh... Big Hug untuk kalian berdua. Semoga kerja dan kuliah mampu berjalan beriringan tanpa harus berat sebelah. Aamiin...
Setelah tulisan ini aku upload di blog, Mutia dan Dian baca yaa....
#30haribercerita
#harike2
#30haribercerita
#harike2
Masa depan memang misterius ya
Tak pernah terbayang aku bisa sampai Ciputat
Apalagi bertemu dengan dua sahabat
Adanya mereka aku merasa selamat
Aku sangat bersyukur bisa bertemu sahabat sepertimu sis. Luv u so much more🤗
BalasHapusMiss you so much Mutia 😘
HapusSweet banget ting,, meski merasa berat hidup di perantauan tpi krena ada dukungan dan semangat dri sahabat akhirnya bisa menjalaninya dg penuh semangat 😉💪😊
BalasHapusBener banget yuk..nggak ada mereka paling udah pulkam aku..hihi
Hapus